Dalam draft blog saya ada lebih dari dua tulisan tentang perjalanan akhir dari rentang petualangan summer school di bulan Juli-Agustus 2022 lalu. Belum tuntas tentu saja, haha, karena saat road trip sebelum akhirnya naik pesawat pulang, dalam kesehariannya lebih tidak ada rutin yang terbangun. Saya pun mencoba sebisa mungkin mengawetkan perjalanan saya dalam ingatan (dan sedikit foto) dengan mencoba menjalani dan merasakan seutuhnya di setiap waktu yang saya lalui. Lagi-lagi tidak mudah, karena road trip kemarin saya tidak sendirian, ada waktu-waktu saling bercerita, diskusi, dan bertukar pikiran dengan orang-orang yang saya temui; baik itu yang spontan dan tak terencana, maupun yang sudah direncanakan.
Sempat ada cerita menarik dari orang yang saya temui secara tidak sengaja, sewaktu di Prague. Namanya Ebru, dia mahasiswi Pakistan yang sedang mengambil master di Jerman dan sedang travelling, kebetulan salah satu rutenya Prague. Ketemunya juga lucu, saya baru saja selesai mengikuti walking tour dari 100 spires di jam-jam makan siang, saat sedang scanning resto yang cukup ok (secara rasa, feasibility, otentisitas, jarak dari tempat saya selesai tour) ada seorang perempuan berhijab, menghampiri dengan wajah bingung sambil celingak-celinguk antara lihat jalan, deretan bangunan, dan layar handphone-nya. Dia mendatangi saya dan menanyakan sebuah restoran. Walau bukan akamsi alias locals, saya sempat membaca nama resto yang Ia cari saat scanning resto sambil jalan tadi, jadi saya menunjukkan bangunan yang jaraknya sekitar 150 meter dari sana.
Resto yang di cari, saya foto sebelumnya soalnya exterior restonya mencuri hati, hehe. Di latar belakang bangunan ada tulisan "The Wall Pub", resto yang saya pilih ada tepat di sebelahnya. |
ini nama restonya, saya gatau bacanya apa 😅 |
Perempuan tadi pun berterimakasih, sumringah, dan bergegas ke destinasi yang ia tuju. Saya, di sisi lain, memutuskan untuk masuk ke resto di sebelah saya. Saya membuat keputusan itu karena di lorong pintu masuk resto ada gambar Yellow Submarine-nya beatles HAHA. Random banget i know, but sometimes people just attracted to something familiar or dear to them.
Ini resto yang membuat saya menjatuhkan pilihan. Saya pun mencari kursi, duduk, dan bersiap mempelajari menu dan memesan makan, sampai... perempuan tadi tampak bergegas masuk ke restoran ini juga. Karena "kenal" saya pun tersenyum sumringah dan bertanya apakah dia ingin makan siang bersama. Entah mengapa, mungkin karena dia sesama perempuan, menggunakan hijab, saya instantly merasa punya kesamaan (karena yakin kami meyakini Tuhan yang sama, haha) dan merasa aman. Namanya Ebru. Rasa yang sama seperti saat saya bertemu Lifam di solat Iedul Adha di Delft sebelum summer school mulai, sebelum saya tau bahwa Lifam ternyata sesama pelajar di summer school. Tak butuh waktu lama bagi kami untuk akrab dan saling bertukar cerita, pengalaman, dan pendapat, termasuk cerita-cerita menarik yang saya dapatkan dari walking tour. Ebru tidak sempat ikut walking tour pagi ini karena memilih untuk mengunjungi tempat-tempat spesifik yang menjadi incarannya, termasuk restoran tadi. Sore itu Ia harus pindah kota bersama rombongan tour roadtrip nya. Saya sudah lupa apa penyebab Ebru memutuskan tidak makan di restoran yang tadi Ia tuju.
Setelah makan siang, kami pun berjalan sedikit, saya menceritakan kembali cerita-cerita yang menurut saya paling berkesan dan menemani Ebru membeli oleh-oleh dari Prague. Ini Ebru :)
Begitulah, buat saya, kadang yang membuat sebuah "perjalanan" berharga, justru adalah orang-orang yang saya temui secara tidak sengaja. Rasanya seperti kenalan dan merasakan takdir. Ada bahasan panjang lagi kalau membahas "takdir" hahaha, kapan-kapan nulis lagi. Tadinya saya buka blogger lagi juga karena mau nulis hal lain yang lagi jadi pikiran. Ada banyak "aha moment" di kepala saya, dan saya punya tendensi untuk menuliskannya, supaya ga berisik. Baik itu saya yang jadi berisik cerita terus kalau ketemu orang, maupun pikiran itu sendiri yang berisik di kepala saya sampai akhirnya dia hilang begitu saja. Saya suka sedih kalau Ia menghilang begitu saja karena telat saya hiraukan. Belakangan saya suka menuliskannya di buku catatan (notebook) karena biasanya kalau kepala saya lagi berisik, "menyalurkannya" lewat tangan membantu. Dan tentunya lebih praktis dan cepat. Cita-citanya tentu untuk dituangkan kembali secara digital supaya ada rekam jejaknya, siapa tau Laut atau Koral suatu saat bisa baca dan bisa relate. Atau untuk sekedar meninggalkan "ideas of thoughts" yang katanya immortal dan bulletproof, can exist long after my physical body is gone. Kalau kata Pak Pram (Pramoedya Ananta Toer), “Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah.” Saya selalu merasa tergugah bila membaca quotes dari buku-buku Pram, dan tentu saja terpecut untuk terus menuliskan buah pikiran atau rangkaian pikiran yang saya dapat. Tapi menuliskan kembali selalu butuh waktu, kesabaran, dan keteguhan. Kadang saya kehabisan salah satu atau malah kesemuanya dalam gerusan rutinitas harian.
Postingan random ini akan saya cukupkan di sini, apa yang tadinya saya niatkan untuk tulis akan saya pisahkan di post selanjutnya :) Dan ohya, postingan hasil perjalanan road trip sebelum pulang bulan Agustus lalu juga masih saya niatkan untuk tulis-publish, tentu saja. Semoga saya selalu bisa menciptakan ruang di mana waktu, kesabaran, dan keteguhan hadir dalam keseharian saya. Amin.