Seperti serat buah yang menyelip diantara sela-sela gigi.
Seperti lidah yang tidak bisa mengeluarkan sisa makanan menyumbat.
Seperti tusuk gigi yang tidak bisa menjangkau si penyelip.
Seperti cotton bud yang tidak bisa menjangkau gatal dalam rongga telinga.
Seperti gatal di punggung yang tidak pasti letaknya dmana.
Seperti tau mawu bicara apa tapi turbulensi-diri-yang-kampungan-itu-cuma-membuat-bungkam-sambil-tersenyum-tolol.
Seperti menguasai khatam sebuah teori tetapi khatam pula kesalahan pada prakteknya.
Seperti hafal 110 persen lirik lagu wajib dan menyanyikan hanya 45 persen nya sewaktu di depan kelas.
Seperti terbang tapi kamu tetap di tanah.
Seperti bicara banyak-dan-tidak-bisa-berhenti saat seharusnya diam-saja-dan-tersenyum.
Seperti tau sebuah kata tetapi dia tidak mawu keluar lebih jauh dari ujung lidah (atau ujung otak?).
Seperti melihat seorang artis-familiar-yang-sering-kamu-sebut-namanya di televisi tapi mendadak saat itu kamu lupa siapa namanya.
Seperti bisa menyanyikan satu lagu penuh di “Berpacu Dalam Melodi” tapi lupa judul lagu dan penyanyinya.
Seperti jesse yang tidak bisa menyampaikan kesungguhan hatinya 6 bulan setelah pertemuan terahirnya dengan celine.
Seperti kamu tau siapa dia atau kamu tidak tau lagi siapa dia.
beuuuh endingnya dalem bgt mit....
ReplyDeletekmana ajah niy???
khehehehehehehhe,,nah ini tergantung keadaan psikologis orang yang baca sebenernya tess,,nah yaaa,,kamu lagi kenapa hayoooo ;]
ReplyDeletejudul nya bahaya mit... kamu memang metaforist sejatih... cihuy!
ReplyDelete:))))))))))
ReplyDeletewow mita..this is beautiful
ReplyDeletewhat a punchline.
ReplyDeletewhat a punchline.
ReplyDeletelove this one....
ReplyDelete...seperti kata yang sudah hampir terucapkan, namun lidah kelu di pangkalnya sehingga apa yang terpikirkan tak dapat tersampaikan?
ReplyDeleteberarti sabtu nanti curhat session lagi haha
ReplyDeleteseperti kuda nil yang tidak bisa terbang, selalu berharap dikepalanya akan tumbuh sayap seperti sayap gajah
ReplyDelete