"Klinting.."
Suara dentingan itu sayup terdengar saat Si Kijang berlari melewati pepohonan, berpacu dengan sang angin. Mendengar suara berdentingan itu ia terhenti, dan berbalik.
Pada dahan sebatang pohon, benda itu terikat dan tergantung, tinggi di atas. Terdiri dari beberapa batang tipis yang berpotongan rapih dan berwarna seperti bulan saat pucat. Tetapi dalam terang siang sinar matahari, warnanya akan memantulkan kilau. Menyilaukan terkadang. Bukan coklat seperti batang dahan pohon, warnanya. Tidak kasar seperti batang dahan pohon juga, bentuknya. Terlalu kecil dan bersih. Dan saat sang angin menyapu dan menyapanya, maka ia akan berbunyi. Berdenting.
"Klinting.."
Begitu terdengarnya. Dan Si Kijang tidak pernah bisa mengacuhkan bunyi itu begitu saja. Ia pasti akan berhenti berlari, dan menghampiri dahan pohon tersebut. Menengadah dan mengamati benda yang menghasilkan bunyi itu. Ia selalu menyukai bunyi-bunyi dentingan itu. Selalu suka. Terkadang saat menengadah, matanya harus memicing karena batang-batang kecil itu berkilau memantulkan cahaya matahari, atau cahaya matahari itu sendiri langsung menerobos menghujam tanah yang tidak terlindung bayangan dedaunan. Tetapi sekali matanya terbiasa memicing menatap benda itu, ia juga bisa melihat dan merasakan bayangan dedaunan yang jatuh pada sebagian kepala, tanduk, dan badannya, sambil menunggu sampai sang angin kembali membunyikan benda itu, menunggu sampai benda itu berdenting lagi. Sekali atau dua kali.
"Klinting.."
*bayangkan kamu akan memasuki sebuah hutan.
saat kamu sudah memasuki hutan itu, tiba-tiba terdengar langkah dari arah belakangmu.
lalu kamu menoleh ke belakang.
hewan apa yang kamu lihat?
kijang..
ReplyDeletetupai.
ReplyDeletekhehehe.
ReplyDeletebesok rabu dateng en?
memang tiada duanya.
ReplyDeletedari satu langsung ke tiga
ReplyDeleteha ? ada apaan jeng ?
ReplyDelete