Thursday, June 10, 2010

Teater Gandrik: PAN-DOL

Dalam program magang nusantara ini saya mendapatkan dana untuk membeli buku ataupun menonton pertunjukan atau melihat pameran. Maka, tampaknya sudah menjadi part of the jobdesk untuk juga explore melahap semua pertunjukan atau buku pendukung yang ada.
Jobdesk yang membahagiakan hati.
Dari Pecha dan info simpangmaya saya mendapatkan info akan adanya pementasan Teater Gandrik di TBY, Taman Budaya Yogyakarta.

“Belum ke Jogja kamu kalo blum nonton Teater Gandrik”,
begitu celetuk Mas Johan Didik, stage manager yang terlibat dalam pementasan WANTED POSSE tempo lalu saat kami sedang rapat persiapan WANTED POSSE di TBY.
“di magang kelola dapet budget untuk nonton pertunjukan, tho?” lanjutnya.

Bener juga! Atas dasar komporan itu saya pun langsung ikut mengantre di ticket box yang baru dibuka dekat dengan tempat kami rapat. dengan maksud membeli tiket.
Antrean tidak terlalu panjang saya lihat. Tetapi cukup padat berjejal dan sesak.
Kebayang ga?
Tidak panjang, tetapi padat, agak melebar.
Alhasil saat antrean saya masih jauh dari meja ticketing, tiket dinyatakan HABIS, sodara sodara!
“waduh, beneran jagoan teater sini ni kayanya, kunchen!” batin saya.
Saya kembali ke lingkaran rapat dengan lesu, karena niat membeli tiket harus urung.
Untungnya Mas Johan kenal beberapa orang, jadiii, saya kembali ceria bersemangat karena Ia bisa mendapatkan tiket! Yippie! :D alhamdulillah!
berkat itu di keesokan harinya saya sukses menonton teater gandrik dengan lakon Pan-Dol.

Sabtu, 5 Juni 2010,
jam tujuh malam saya memboseh Si Tanduk Merah untuk membawa saya ke Taman Budaya Yogyakarta.
tidak lama setelah saya sampai di Taman Budaya, gerimis turun diam-diam, ikut penasaran rupanya dia. hari itu kami menyaksikan pertunjukan Teater Gandrik dengan lakon Pan-Dol yang dialognya lucu dan menghibur.

Apa itu Pan-Dol?
bukan, bukan obat flu, atau obat pusing yang dijual bebas di pasaran. Pan-Dol adalah Panti Idola, tempat rehabilitasi para korban korupsi yang kelakuannya seperti orang-orang gila. Pan-Dol didirikan oleh Bupati dan mendapat sokongan dana luar biasa besar dari beberapa departemen, yang ternyata, dana itupun DIKORUPSI oleh bupati dan direktur Pan-Dol. Korupsi di lembaga anti korupsi. Ironis. Tapi pembawaan ceritanya lucu, sepanjang nonton saya ketawa teruss..tapi turis asing mungkin agak gigit jari, karena kekuatan dialog dan guyon nya lokal.


No comments:

Post a Comment

Totto-chan: Sebuah Ulasan

Segera setelah adegan terakhir Totto-chan membuka pintu kereta yang masih berjalan sambil menggendong adik perempuannya yang masih bayi, lal...