Pada suatu pagi, ada kelinci kecil yang sedang menatap angkasa biru di tengah padang rumput yang hijau dan luas.
"Kenapa kau menanti Sang Elang?",tanya Pohon Pinus.
"Hari masih pagi, udara sangat segar untuk dihirup..",jawab kelinci kecil sambil menarik nafas sedalam-dalamnya,"Bukankah begitu Pinus?aahhh, segar sekali.."
kelinci kecil tidak menjawab pertanyaan Pohon Pinus dan mengalihkannya sambil meloncat agak menjauh.
"Hay kelinci kecil! Kebodohan apa lagi yang akan kau lakukan dengan menanti Sang Elang?",tanya seekor Belalang.
"Hay Belalang! Lihat! Matahari baru terbit! Sedang hangat-hangatnya! Bukankah ini hari yang indah untuk berjemur?",jawab kelinci kecil sambil melompat lebih jauh lagi.
Kali ini kelinci kecil memutuskan untuk melompat ke tempat yang lebih jauh lagi.
Ke tempat dimana hanya ada dia dan langit.
Ke tempat dimana ia bisa melongok ke angkasa dengan bebas.
Tanpa was-was.
Ia meloncat.
Terus meloncat dan menjauh.
Tiba-tiba di pertengahan jalan ia merasakan nyeri.
"Wah, luka ini kan sudah sembuh" Pikirnya dalam hati.
Tanpa memeriksa sumber nyerinya ia terus menjauh.
Dan berehentilah ia di bawah Pohon Beringin.
Walaupun serasa habis napasnya, tapi blum putus asa ia.
"Kelinci kecil.."
"Pohon Beringin, bolehkah aku merebahkan badanku di akar-akar kayumu? Aku ingin menengadahkan kepalaku tapi nyeri ini mengurangi kekuatanku..",tanpa mengizinkan Pohon Beringin berkata lebih lanjut kelinci kecil melambungkan sebuah permintaan.
"Baiklah, kelinci kecil..",Pohon Beringin yang bijaksana mengizinkan.
Dengan menggugurkan beberapa daunnya yang kecil-kecil ia berusaha melindungi kelinci kecil dari angin pagi yang dingin menggigit.
Sambil menatap angkasa, kelinci kecil mulai menggigil.
Angin pagi ini sedang dingin.
Nyerinya tidak berkurang.
Dilongoknya sumber nyeri itu.
"Wah, ternyata berdarah..pantas perih..",lirihnya.
Pohon Beringin berusaha semampunya merendahkan ranting-ranting rimbunnya untuk menangkis angin berhembus.
"Kelinci kecil, taukah kau bahwa Sang Elang adalah pemangsa kelinci?"
Kelinci kecil diam.
Tetap menatap angkasa. Mengaguminya. Mengagumi luasnya yang tak terhingga.
"Pohon Beringin, mengapa Sang Elang terlahir dengan sosok gagah dan angkuhnya yang memesona?",kelinci kecil yang tidak menjawab pertanyaan Pohon Beringin malah balik bertanya.
"Karena ia milik langit dan cakrawala",Pohon Beringin terdiam sebentar dan menjawab lagi,"Dan segala sesuatu milik langit dan cakrawala juga milik kebebasan."
Kelinci kecil menerawang.
Terus menatap angkasa.
Harapannya sederhana.
"Kelinci kecil apa yang kau lakukan?",tanya Pohon Beringin lagi.
"Aku hanya melakukan hal sederhana. Menatap angkasa. Ya, hanya menatap angkasa. Aku tidak sedang mengharapkan apa-apa",kelinci kecil menjawab.
Ia mengumpulkan sisa-sisa logikanya disela-sela rasa nyeri yang terus menyiksanya.
"Pohon Beringin, mengapa ia hanya melukaiku dan tidak memangsaku saja dan meninggalkanku takjub akan sosoknya?",dengan nafas satu-satu dan terengah-engah kelinci kecil melontarkan pertanyaan lain lagi pada Pohon Beringin.
Pohon Beringin jatuh iba pada kelinci kecil.
Awalnya ia terdiam.
Namun ia pun akhirnya memberanikan diri bertanya pada kelinci kecil,
"Kelinci kecil, apakah kau sedang menanti Sang Elang?"
...
tidak ada jawaban.
"Kelinci kecil..",dipanggilnya kelinci kecil dengan lembut.
...
Tidak ada jawaban.
Dilongoknya kebawah.
Mata kelinci kecil terbuka nanar tidak berkedip.
Basah.
Luka nya pun menganga masih mengalirkan darah.
Pohon Beringin tidak mendapatkan jawaban, apa yang sedang dilakukan kelinci kecil.
hmm... kelinci kecil masih patah hati ?
ReplyDeletekhahahahaha..kamu tau jawabannya dengan insting keibuan mu itu bukan..cuma cerpen mami sayang.. :]
ReplyDeletewaktu yang bikin sembuh.. tapi kalo waktunya jalan terus yang sakitnya ogah sembuh.. ya ga sembuh-sembuh, sayang..
ReplyDeletekhehehehehehehe,,nanti saya sampaikan ke kelinci kecil yang bodoh itu..
ReplyDeletecerita nanti klo udah punya anak...hehehe....
ReplyDeletebwat dongeng sebelom tidur...
boleh :] anakmu mawu saya dongengin sekalian?
ReplyDeleteboleh boleh...ga ngerepotin kan...hehehe
ReplyDeletengga, tapi nanti kamu harus beli buku saya dulu :D *aminn
ReplyDeletesiap...nanti saya beli buku nya...keluar nya kapan????hehehe
ReplyDeleteih mitee..
ReplyDeletei dont know what this is about, but i know what this is about.. *pusing gak lu..
kelinci kecil itu reminds me of myself a few years ago. heuehuheu
i can't say time will heal.. because time would only numb the pain. dan kelinci biasanya bandel, dengan sukarela membiarkan lukanya terbuka lagi hanya supaya bisa melihat elang dari dekat.
huhu.. sudah sudah.. nanti jd curhat colongan. =p
Lagi galau kah Mit.... mungkin:
ReplyDelete"Disisi lain diluar jangkauan pandangan si Kelinci kecil.. berdiri seekor rusa yang menatap hampa.. matanya sedikit nanar, bukan menangis, cuma sebatas ketidakmampuan untuk mengungkapkan.. menyesali dirinya sebagai seekor rusa pucundang.. "'kemanakah kau ingin pergi wahai kelinci kecilku?'" hanya dalam hati rusa berujar. "'Taukah engkau, telah kubawa obat penawar lukamu.. disini, disisiku..".. sang rusa mencoba lebih mendekat, tapi kelinci melompat menjauh. "'Kelinciku!!"' teriaknya, masih dalam hati.. Dilihatnya kelinci bersandar di pohon beringin, rusa hanya mampu melihat dari jauh. hatinya kacau, ada gerah di hati, ingin segera bergerak, tapi.. "'aku pecundang...'". tanpa sedetik pun berlalu menatap kelinci kecilnya. hingga satu detik itu terlihat olehnya, ia melihat semburat merah dari tubuh kelinci demakin membesar. pohon beringin seketika bergemerisik. rusa berlari, jantungnya berdegup kencang, '"apakah aku salah!!???'" teriaknya kemudian, tidak dalam hati. namun pandangannya kemudian menjadi gelap..
"kelinciku.. kenapa begitu cepat??" bisiknya ditelinga kelinci. dedaunan beringin berguguran, udara menjadi tampak padat, sulit untuk bernafas... akankah rusa menyusul kelinci..?
khahahahaha,,iya ini cerpen buat kamu lik kalau begitu,,
ReplyDeleteini kan cerpen va.. ;D
ReplyDeletebtw,,lanjutannya baguss,,terimakasih ya,,kamu baru saja mendatangkan inspirasi buat saya tanpa harus beli koran sindo (??)*khehehehehehehehehe,, :D
yaw, kalo gitu komplit. punya bakat bertutur, melalui tulisan dan juga gambar. Ayoh, bersegeralah menerbitkan bukumu ini.. khehehehehe..
ReplyDeletewaah, ceritanya baguus! =)
ReplyDeletewah,terimakasih :D tulisan mu juga bagus"..kmaren saya mampir, khehe :D
ReplyDeletekelincigimbal@yahoo.com
ReplyDeleteck ck ck.. mana bisa yang kayak begini dijadiken dongeng anyak-anyak mite.. hueheuheuehuehu
ReplyDeleteini cerpeeeeenn..
ReplyDeletekhahahahaha,,iya sitt,,sebenernya saya juga punya pikiran yang sama,,hmm..
ReplyDeletekobe mungkin anak kamu nanti akan belajar betapa kejamnya mengambil resiko untuk menanti tanpa kejelasan,,khahahahahahahaha,,yakin masih mawu didongengi anaknya?
waduh...maksud nya apa nih????menanti kejelasan siapa nih????hehehe
ReplyDeletebiarin deh...nanti anak saya ceritain aja...biar jadi orang yang pasti...ga pernah bikin orang menanti tanpa kejelasan...
cerpennya bagus mith...
ReplyDeletemenunggu tanpa kepastian mang gak ada gunanya..
apalagi cuma nugguin si elang yg udah jelas2 bikin dia luka (halah....)!!
tp si kelinci gak bodoh mit, dia cuma ngikutin kata hati..khehehehehheeee...
..dengan luka kelinci kecil yang menganga,kemudian pohon beringin diam-diam menusuk-nusukkan rantingnya kedalam luka kelinci kecil yang menganga..lalu di korek2lah lukanya tersebut oleh pohon beringin, lalu pohon beringin itu jongkok kemudian menguliti kelinci kecil hingga tak berlapis bulu lagi..kemudian dipotong2lah kelinci kecil menjadi beberapa bagian. lalu siapkan bumbu kacang serta kecap...tambah sambal secukupnya, setelah bumbu kacangnya tersedia. masukkan potongan2 daging kelinci kecil kedalam bumbu dan diaduk2 sampai rata. Kemudian siapkan arang untuk membakar daging kelinci, jika arang sudah membara masukkan tusukkan2 daging kelinci ke atas arang dan kipas2 sampai matang. Hidangkan bersama lontong, Sate kelinci memang nikmat.
ReplyDeleteUCUP!!
ReplyDeleteeh...mit...masi nunggu ga sekarang...atow udah ketemu????
ReplyDeleteapeu???hehehe
khhahahahaha,ini kan cuma cerpen, kobe..tapi si kelinci kecil kayanya juga tidak bisa menanti apa"lagi,since it's not breathing any longer,,khehehehehehehhee..
ReplyDeletehwahahahahahaha,,komentarnya juga pake hati ya debb ;p
ReplyDeleteohhhhh...ya sukur deh....hehehehe
ReplyDeleteWalah, propaganda Golkar, yes? heheeee.
ReplyDeleteUntungnya sang Kelinci tidak mempunyai trauma untuk membenci Trans Jakarta yang mempunyai lambang ELang.
tragedy with sweetly words means Escape!
kau memang pintar say! SALUT!! ;D
ReplyDeleteTERUS BERKARYA!! ;D