Showing posts with label orang-orang. Show all posts
Showing posts with label orang-orang. Show all posts

Sunday, October 15, 2023

mati, hilang, dan kehilangan

Hari ini salah satu kawan saya berpulang, setelah sekian bulan, tidak hanya ia tapi juga istri dan anak satu-satunya berjuang melawan sakitnya.


Saya mengenalnya dengan nama Kikio. Pertama bertemu dan kenal saat untuk pertama kalinya saya mencoba untuk bekerja sambil kuliah di Bandung, saat itu tahun 2005/2006 seingat saya. Radio Prambors baru saja melebarkan sayapnya untuk membuka studio siaran lokal di berbagai kota selain Jakarta, unit, sebutannya. Jaman SD SMP, Radio Prambors termasuk radio yang selalu saya dengar sama Mba Tuk, ART di rumah yang seumuran dengan saya. Kami juga suka coba-coba telfon untuk request lagu, yang nyoba nelfonnya udah ngandelin muscle memory jemari, karena begitu nada sibuk, harus refleks tekan tombol pemutus dan cepat-cepat memencet nomor radio. Telfon rumah saya belum ada tombol redial kala itu. Penyiarnya Fla, inget betul saya. Saat itu rasanya saya masih SMP. Fla termasuk inspirasi awal yang memotivasi saya untuk bisa fluent berbahasa Inggris. Memori saat SMA beda lagi, karena kemudian ingatan saya akan Radio Prambors di kala itu lekat dengan sponsor pensi, hingar bingar dinamika band indie, dan Katakan Cinta (Halo Mba Vena!). Saat beranjak kuliah, ingatannya berbeda lagi, kala itu saya lebih tertarik dengan siaran pagi yang selalu menghibur (karena ada waktu untuk mendengarkan diatas jam 7 juga, haha), ada Dagienkz dan Desta. Walau sesaat setelahnya saya pindah ke Bandung. Jadi waktu dapat tawaran kesempatan bekerja di Prambors saya ga pikir dua kali. Baru kepilih jadi ketua himpunan jurusan saya lepas. Kegiatan fasilitator aktivitas kreatif anak-anak, yang saya suuuka banget, saya lepas. Tujuan saya jelas, saya mau kerja di Prambors, whatever it takes. Kuliah bisa sambil, haha kebalik.

Ingat betul saat itu pertama kali saya diminta ke kantor Prambors Bandung, di Hotel Preanger. Sambil bawa printed cv, ga kebayang orang-orang yang ada di dalamnya seperti apa, siapa, ga kenal siapa-siapa juga, saya masuk dan menemui seseorang yang duduk di depan meja (dan komputer PC-nya) yang terbuka, bukan di dalam ruangan khusus, di depan studio siaran. Saya celingak-celinguk awkward, disambutnya dengan pertanyaan, 

"Cari siapa?"
"Euh..ini ada janji temu.."
"Oh, calon produser yang baru ya? Sebentar ya.."

Saya duduk di kursi depan mejanya, Ia berlalu ke ruangan di sebelah, ruangan Mas Willy, Program Director Prambors Bandung yang dicomot dari Semarang, pada masanya. 

"Ditunggu ya, nanti masuk aja kesana", ujarnya saat kembali dari ruangan sebelah.

Setelah itu saya tidak ingat detail pasti apa yang terjadi, saya hanya ingat deal gaji bulanan diluar tunjangan ini itu, yang saya tidak ambil pikir juga jumlahnya, bukan karena nominalnya, tapi karena saya memang ingin bekerja, belajar, memulai dan menjadi bagian dari tim yang membangun Prambors Bandung. Hari pertama masuk kerja saya bertemu Ia lagi, setelah itu saya tau, Ia memperkenalkan diri dengan nama Kikio. Kikio mengenalkan saya ke setiap penyiar Prambors dan operator saat itu. Dari yang standby dari malam sampai subuh untuk relay siaran Desta Dagienkz (ini pada masanya emang gini nulisnya, haha, iya saya juga asa euhh..nahaa. Namanya Ari, dulu ada Ari Tulang, karena dia kebalikan dari "tulang" makanya dipanggilnya jadi Daging. At least itu informasi yang saya dapat haha), penyiar-penyiar jam 10, penyiar prime time sore, penyiar malam. Ada Alax, Laras, Mba Ayu, Sandra, Shindu, Yas, dan Joy. Luthfy saat itu sudah lebih dulu kenal karena sempat bertemu saat Ia mengajar di DJ Ari. Saat itu Ia masih jadi penyiar 99ners. Rasanya Luthfy juga yang merekomendasikan saya masuk Prambors. Dari lini operator ada Sahrul, Ridho, Rezda. Ga cuma itu, Kikio yang ngenalin sama anak-anak (ya waktu itu bukan anak2 juga sih..mereka lebih senior dari kita2 yang di prambors ya hahahaha) Female dan Delta. Ga hanya penyiar tapi juga operator, tim sales, tim produksi, tim teknis, tim support, FO sampe "bos-bos" di sana, haha. Waktu itu masih ada Oom Leo (Pak Leo) yang katanya tim yang diposisikan sementara di Bandung dari Jakarta. Sampe sekarang saya ga tau kenapa tapi Pak Leo ini lumayan sering diledekin dan dijadikan bulan-bulanan, haha, cuma denger aja, ikutan ketawa, tapi ga ikut paham konteksnya. Seringnya mereka pakai bahasa Sunda, terutama sama penyiar-penyiar sore. Saat itu saya belum terlalu akrab dengan bahasa Sunda.

Semenjak ada saya, Kikio jadi bisa lebih fokus sama produksi siaran. Tugas copy writing iklan, VO (Voice Over), hampir semua dialihkan ke saya. Dikasih template word dan brief, saya bikin, acc Kikio. Kalo Kikio acc saya lanjut kirim ke tim produksi, cari talent VO, booking talent VO, dan directing pas take VO. Semuanya ngikutin arahan Kikio di awal. Saya merasa semangat dan senang dengan pekerjaan ini karena saya diijinkan, bahkan diapresiasi, untuk mengeluarkan ide-ide yang mungkin aneh, haha. Biasanya ditanggapi dengan, "Apaan sih?", sekarang, "Ok, lucu, cobain aja!" Ga lama tanggung jawab saya nambah, providing topik untuk penyiar, terutama penyiar di saat Kikio belum sampai kantor, juga directing penyiar kapanpun dibutuhkan. Waktu itu Kikio fokus sama acara prime time unit, penyiarnya Shindu sama Yas. Jadi hampir sisa kerjaan lain saya yang back up dengan senang hati. Saya belajar banyak banget. Ga cuma ilmu teknis, tapi juga bahasa Sunda, politik dan dinamika pergaulan dan skena Bandung. Kikio juga membawa Shindu dan Yas saat itu secara ga langsung jadi mentor saya. Mungkin karena Kikio "bertanggung jawab" mendidik saya, membuat Shindu dan Yas juga merasa perlu membekali, ngasih tau, dan nasehatin saya tentang semua-semuanya, haha.

Saya inget banget, pernah ada masanya, saat itu saya baru putus cinta, dan satu-satunya lagu yang saya mau dengar adalah lagunya John Mayer yang Heart of Life. Tiap saya ada di kantor lagu itu pasti saya sisipkan ke playlist siaran. Shindu protes waktu itu, "INI PASTI SI KIWIL NIH!" hahahahahha, tapi Kikio ga protes. Kikio (maupun Shindu dan Yas) saat itu ga pernah jadi sosok yang "temen curhat" menye-menye. Kikio cuma banyak nanya, terus (mungkin) kalo cerita saya terlalu "NAON SIH MANEH GITU DOANG" dia cuma nyengir dan mendengus, sambil matanya lekat di layar komputer. Abis itu dia ngasih kerjaan, atau ngasih referensi, atau pulang kerja ngajak makan bareng Shindu Yas. Paling sering nyengir dan mendengus aja sih. Khas-nya Kikio di mata saya. Tapi dia selalu nanya update. Shindu sama Yas juga semodel sama Kikio. Tapi saya ga feel offended atau diremehkan, kebalikannya, walau ga gitu ditanggepin menye-menyenya, saya selalu merasa ditemenin. WALAU SERING JUGA saya nangis gara2 mereka hahahahaha, biasanya karena ngasih tau kalo kerjaan saya kurang bagus tanpa tedeng aling-aling, hahahaha. Hih gemess! Biasanya saya kalo menye-menye sama penyiar-penyiar pagi yang seumuran, haha, sama Laras atau sama Teh Reina, dulu sempat ada Teh Reina, senior saya yang KP di Prambors. Kalo udah malem dan menye-menye, biasanya tim operator yang jadi teman saya, haha, aduh malu kalo inget, maaf yaaaa Rezda, Ridho, Sahrul! Waktu Luthfy sudah menjabat jadi PD, sering juga saat itu saya "curhat" sama Luthfy, tapi konteksnya lebih ke...dia perlu memastikan performa saya ga kendor, absen ga banyak, dll, hahahha. Tapi mereka semua adalah "Kakak" buat saya dengan segala mines dan ples-nya. Dan pintunya Kikio. 

2006

Ga lama saya kerja bareng Kikio di Prambors Bandung, mungkin setahun-an. Sesaat setelah acara gagasannya, Rock Comedy Attack (RCA) di approve dan mengudara, Kikio undur dari Prambors Bandung, menitipkan juga Yas dan Ucay penyiar RCA-nya. Saya lupa saat itu Ia meneruskan bertualang kemana. Yang saya ingat adalah tanggung jawab-tanggung jawab yang perlu saya emban selepasnya Kikio ga di Prambors. Semua acara kontan jadi tanggung jawab saya, sejalan dengan script iklan, VO, belum lagi kalau ada liputan keluar dan event-event siaran di luar. Saat itu saya sibuk menerapkan jurus-jurus yang sudah Kikio ajarkan sebelumnya. Ga sempurna, ingat betul saya pernah diajak ngobrol one on one sama Shindu karena menurutnya saya kurang "berisi", disuruh baca koran, baca artikel tuh kompas dot kom, jangan baca artikel majalah aja. Berita tuh lokal juga di angkat, tujuan kita tuh mencerdaskan juga, raising awareness, jangan fun-fun aja, sesekali ada artikel berita yang ga selalu berkaitan sama musik atau fashion. HAHA, abis. Belum selesai, pernah juga di pelototin dan di hardik Shindu gara-gara pas waktu gantiin Yas jadi tandem pas Yas ga bisa siaran, saya ngomong "mcd bau kapitalis" hahahahahhahaha. INGET BANGET itu volume mic saya langsung diturunin, dia melotot, tapi sambil ngalihin pembicaraan bridging ke lagu. Abis saya dimarahin. Kayanya abis itu dilaporin ke Kikio, haha, kalo ga Shindu yang cerita ya saya yang cerita sih. Soalnya tiap Kikio main ke studio semua ngeriung dan cerita ini itu selewat.

Rasanya memory saya banyak yang di-compress, di-zip, ga banyak yang saya ingat setelah-setelahnya. Apalagi setelah itu Prambors pindah kantor, tim kami berkembang, ada Eeto yang menggantikan Kikio mengisi peran produser. Berdatangan juga penyiar-penyiar baru. Ga lama saya juga memutuskan keluar. Prambors sudah tidak membuat saya excited lagi. Setelah itu pertemuan-pertemuan dengan Kikio bisa dihitung jari, baik yang kebetulan maupun janjian. Waktu Kikio menikah, lalu waktu saya mau menikah, ketemuan di Potluck yang baru pindah ke Wahid Hasyim saat itu, dan Kikio sedang menjadi bagian dari Potluck. Kikio sempat memberikan wejangan tentang kehidupan pasca menikah. Setelah itu ga pernah ketemu lagi yang janjian. beberapa kali ga sengaja ketemu di Gambir, Kikio sudah bekerja di Agency, saya sudah di Labtek Indie. Pertemuan kami juga singkat jelas padat, update karier, sedikit Kikio cerita juga sedang menjaga Ayahnya yang sakit di Jakarta, itulah sebabnya sering jumpa di Gambir juga. Sempat sekali ambil foto, wefie. 

2019

Sampai terakhir banget ketemu tahun lalu, 19 September 2022. Waktu itu emang janjian, sekalian ajak Fani yang baru pulang sekolah dari US, ketemuan di Kozi DU. Ga foto, selain karena belum mandi, karena juga mikir buat apa, hehe. Tapi Kikio merekam saya dan Fani yang lagi ngobrol, candid. Waktu itu ketemu Kikio badannya mengurus, tapi itu (saya pikir) karena sedang giat bersepeda. Dari rumah di Buah Batu ke kantor yang di Raden Patah pulang pergi naik sepeda. Lepas 19 September sempat beberapa kali janjian jumpa tapi ga kejadian. Ada aja, dari yang kaki saya retak, sambung positif covid, pas sembuh Kikio yang padet submit beberapa pitch, lalu notifikasi whatsapp percakapan kami senyap. 

Sampai Juni tahun ini kembali saya kontak Kikio. Lihat postingan Yas, Kikio masuk borromeus, saya tanya, "Sakit apa Ki?" karena bulan November terakhir kontak Ia bilang sehat. Kikio cerita sejak maret terdiagnosa Sirosis Hati, dan saat itu asites-nya kambuh, penumpukan cairan di perut. 16 Juni itu jadi whatsappan terakhir saya sama Kikio. Bertemu lagi minggu lalu, saya, Sahrul dan Sonson menyempatkan menjenguknya di RSHS. Beberapa kali lihat fotonya di instagram, saya pikir saya siap ketemu Kikio dengan sosoknya yang berubah. Ternyata masih pilu juga lihatnya. Kikio ga berubah masih iseng aja, ngomentarin Sonson dan Sahrul. Jus melon tanpa es dan minim gula yang kami bawa diminum habis. Tapi saat itu Kikio bilang ke saya, dengan ucapan yang sepatah-dua patah kata, lirih, "Gw teh capek..gw capek. gw mikir, ini teh ujungnya apa sih". Kikio juga cerita belanja online, beli kokakola, cuma buat diliatin aja. Sedih banget. Cerita juga kapan tau makan yamin, mie-nya aja, katanya, "Enaaaaaaaak banget! Sumpah enak banget!"

Sepanjang waktu kami mematung, mengajak bicara, mendengarkan. Berusaha untuk bersikap biasa dan tertawa. Tapi kami pilu. Sekitar pukul 12 lewat kami pamit. "Nuhuun pisan!", kata Kikio. "Yooo..sing enggal damang ya Kii!" 

Mendapat kabar pagi ini saat tadi bangun tidur cukup mengaduk-aduk. Saya ga tau how to process. Yang terlintas di benak saya Teh Mira istrinya Kikio dan Cika anaknya. Ada rasa sesuatu, tapi kurang kenal itu rasa apa ya. Kebetulan pagi ini ada janji, jadi dapat kesempatan diam sendirian tanpa banyak mikir, karena cuma lihat jalanan. Ga bisa ke rumah Kikio buat melepas jenazah, saya mikir. Juga mencerna, perasaan yang hinggap. Pagi tadi juga ditelfon Ibu, memperbarui kabar Bapak yang kondisi kesehatannya juga sudah tidak prima, dengan segala dinamika komunikasi di rumah. Saya tidak paham rasa yang hinggap. Saya jadi ingat wawancara Keanu Reeves. 


"What do you think happened when we die, Keanu Reeves?"
".......fuuhhhh...I know that the one who loves us will miss us."

Ini bukan lagi persoalan mereka yang meninggalkan, mereka sudah selesai, tapi yang ditinggalkan. Rasa yang hinggap, saya pikir, ini bukan lagi tentang Kikio. Tapi perasaan-perasaan mereka yang pernah bersinggungan dengan Kikio, dan fitrah manusia yang mudah berempati. Buat saya, yang membuat perasaan entah apa rasanya, mungkin karena memikirkan Teh Mira dan Cika. 

Saya belajar dari Kikio. Saya belajar untuk menikmati segala sesuatu selama bisa. Saya belajar bahwa semua yang saya terima ini nikmat, ia bisa diambil kapan saja. Saya juga diingatkan bahwa semuanya hanya sementara, cuma soal-soal yang perlu kita sense dan responds. Dan walaupun makhluk yang disebut manusia ini punya perasaan, tapi perasaan bukan segalanya, bukan semuanya. Dan kita hanya sebagian kecil dari seluruh cerita. Karena hanya kecil dan sesaat itu, setiap detiknya harus dinikmati dan diperjuangkan yang terbaik. 

Hmm..gw masih suka marah-marah dan ga sabaran sih Ki, apalagi kalo udah tertekan di dalam pressure cooker kehidupan. Termasuk ga sabar experiencing life process itself. But i will die trying and resist those tempatation to surrender to the default of so-called auto-pilot lyfe.

Semoga amal ibadah Kikio diterima di sisi-Nya. 
Semoga Teh Mira dan Cika selalu dalam lindungan-Nya, dimudahkan segala usahanya, dan diberi kelancaran dalam segala niat baiknya. Aamiin.

Thursday, December 29, 2022

Random Post About Random People When You Want to Write About Other Thing

Dalam draft blog saya ada lebih dari dua tulisan tentang perjalanan akhir dari rentang petualangan summer school di bulan Juli-Agustus 2022 lalu. Belum tuntas tentu saja, haha, karena saat road trip sebelum akhirnya naik pesawat pulang, dalam kesehariannya lebih tidak ada rutin yang terbangun. Saya pun mencoba sebisa mungkin mengawetkan perjalanan saya dalam ingatan (dan sedikit foto) dengan mencoba menjalani dan merasakan seutuhnya di setiap waktu yang saya lalui. Lagi-lagi tidak mudah, karena road trip kemarin saya tidak sendirian, ada waktu-waktu saling bercerita, diskusi, dan bertukar pikiran dengan orang-orang yang saya temui; baik itu yang spontan dan tak terencana, maupun yang sudah direncanakan.

Sempat ada cerita menarik dari orang yang saya temui secara tidak sengaja, sewaktu di Prague. Namanya Ebru, dia mahasiswi Pakistan yang sedang mengambil master di Jerman dan sedang travelling, kebetulan salah satu rutenya Prague. Ketemunya juga lucu, saya baru saja selesai mengikuti walking tour dari 100 spires di jam-jam makan siang, saat sedang scanning resto yang cukup ok (secara rasa, feasibility, otentisitas, jarak dari tempat saya selesai tour) ada seorang perempuan berhijab, menghampiri dengan wajah bingung sambil celingak-celinguk antara lihat jalan, deretan bangunan, dan layar handphone-nya. Dia mendatangi saya dan menanyakan sebuah restoran. Walau bukan akamsi alias locals, saya sempat membaca nama resto yang Ia cari saat scanning resto sambil jalan tadi, jadi saya menunjukkan bangunan yang jaraknya sekitar 150 meter dari sana. 

Resto yang di cari, saya foto sebelumnya soalnya exterior restonya mencuri hati, hehe. Di latar belakang bangunan ada tulisan "The Wall Pub", resto yang saya pilih ada tepat di sebelahnya.

ini nama restonya, saya gatau bacanya apa 😅

Perempuan tadi pun berterimakasih, sumringah, dan bergegas ke destinasi yang ia tuju. Saya, di sisi lain, memutuskan untuk masuk ke resto di sebelah saya. Saya membuat keputusan itu karena di lorong pintu masuk resto ada gambar Yellow Submarine-nya beatles HAHA. Random banget i know, but sometimes people just attracted to something familiar or dear to them.





Ini resto yang membuat saya menjatuhkan pilihan. Saya pun mencari kursi, duduk, dan bersiap mempelajari menu dan memesan makan, sampai... perempuan tadi tampak bergegas masuk ke restoran ini juga. Karena "kenal" saya pun tersenyum sumringah dan bertanya apakah dia ingin makan siang bersama. Entah mengapa, mungkin karena dia sesama perempuan, menggunakan hijab, saya instantly merasa punya kesamaan (karena yakin kami meyakini Tuhan yang sama, haha) dan merasa aman. Namanya Ebru. Rasa yang sama seperti saat saya bertemu Lifam di solat Iedul Adha di Delft sebelum summer school mulai, sebelum saya tau bahwa Lifam ternyata sesama pelajar di summer school. Tak butuh waktu lama bagi kami untuk akrab dan saling bertukar cerita, pengalaman, dan pendapat, termasuk cerita-cerita menarik yang saya dapatkan dari walking tour. Ebru tidak sempat ikut walking tour pagi ini karena memilih untuk mengunjungi tempat-tempat spesifik yang menjadi incarannya, termasuk restoran tadi. Sore itu Ia harus pindah kota bersama rombongan tour roadtrip nya. Saya sudah lupa apa penyebab Ebru memutuskan tidak makan di restoran yang tadi Ia tuju.

Setelah makan siang, kami pun berjalan sedikit, saya menceritakan kembali cerita-cerita yang menurut saya paling berkesan dan menemani Ebru membeli oleh-oleh dari Prague. Ini Ebru :)





Begitulah, buat saya, kadang yang membuat sebuah "perjalanan" berharga, justru adalah orang-orang yang saya temui secara tidak sengaja. Rasanya seperti kenalan dan merasakan takdir. Ada bahasan panjang lagi kalau membahas "takdir" hahaha, kapan-kapan nulis lagi. Tadinya saya buka blogger lagi juga karena mau nulis hal lain yang lagi jadi pikiran. Ada banyak "aha moment" di kepala saya, dan saya punya tendensi untuk menuliskannya, supaya ga berisik. Baik itu saya yang jadi berisik cerita terus kalau ketemu orang, maupun pikiran itu sendiri yang berisik di kepala saya sampai akhirnya dia hilang begitu saja. Saya suka sedih kalau Ia menghilang begitu saja karena telat saya hiraukan. Belakangan saya suka menuliskannya di buku catatan (notebook) karena biasanya kalau kepala saya lagi berisik, "menyalurkannya" lewat tangan membantu. Dan tentunya lebih praktis dan cepat. Cita-citanya tentu untuk dituangkan kembali secara digital supaya ada rekam jejaknya, siapa tau Laut atau Koral suatu saat bisa baca dan bisa relate. Atau untuk sekedar meninggalkan "ideas of thoughts" yang katanya immortal dan bulletproof, can exist long after my physical body is gone. Kalau kata Pak Pram (Pramoedya Ananta Toer), “Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah.” Saya selalu merasa tergugah bila membaca quotes dari buku-buku Pram, dan tentu saja terpecut untuk terus menuliskan buah pikiran atau rangkaian pikiran yang saya dapat. Tapi menuliskan kembali selalu butuh waktu, kesabaran, dan keteguhan. Kadang saya kehabisan salah satu atau malah kesemuanya dalam gerusan rutinitas harian.

Postingan random ini akan saya cukupkan di sini, apa yang tadinya saya niatkan untuk tulis akan saya pisahkan di post selanjutnya :) Dan ohya, postingan hasil perjalanan road trip sebelum pulang bulan Agustus lalu juga masih saya niatkan untuk tulis-publish, tentu saja. Semoga saya selalu bisa menciptakan ruang di mana waktu, kesabaran, dan keteguhan hadir dalam keseharian saya. Amin.



Saturday, February 23, 2013

ViaVia Jogjakarta

ViaVia Jogjakarta akan memperingati kehadiran mereka yang sudah puluhan tahun ikut meramaikan keriaan kota Jogjakarta. Dalam selebrasinya itu, mereka akan menerbitkan buku kumpulan dokumentasi, foto, juga cerita dari setiap orang yang pernah terlibat di dalamnya. Tidak terkecuali saya yang pernah bekerja disana, walau singkat. memenuhi permintaan mereka untuk membeberkan cerita-cerita saat saya disana mau tidak mau membawa saya kembali pada masa-masa itu. ada beberapa cerita yang berkesan buat saya, namun tidak pernah saya tuliskan sebelumnya. Saat menuliskannya dalam email, membuat saya teringat banyak hal, banyak peristiwa, banyak rasa..masa-masa itu, haha. saya pun ingin berbagi cerita-cerita berarti itu disini, cerita yang membawa beberapa pengalaman baru dalam hidup saya.

1.
Pertama kali kerja di ViaVia langsung ada masalah karena ternyata ada pameran bentrok di luar kuasa aku, hehehe. Jadi ceritanya waktu itu lagi pamerannya Yuni Bening, lalu ganti jadi aku yang mengurus pameran, dari jadwal dan amanah yang kurator terdahulu berikan, harusnya yang pameran Dodi Taring Padi. Di masa peralihan itu aku yang baru pertama kalinya bekerja di ViaVia ga tau harus menunggu Yuni Bening selesai atau bisa langsung pameran Dodi, side by side. Karena melihat kuantitas karya dari Yuni yang juga tidak terlalu banyak, aku mulai berpikir taktis, bahwa ViaVia bisa diperlakukan layaknya galeri yang mempunyai ruang-ruang yang bisa digunakan lebih dari satu seniman; seniman ini di ruang A, seniman itu di ruang B. Sementara itu, pihak Dodi yang sudah dijanjikan tanggal oleh kurator sebelum aku mulai bertanya terus mengenai kejelasan pamerannya. Kurangnya pengalamanku membuat aku menjanjikan Dodi tetap mendapat tanggal yang dijanjikan kurator terdahulu, dan aku berjanji akan negosiasi ke Yuni Bening untuk menyatukan karyanya di ruangan yang lebih kecil. Sayangnya tidak semulus itu semua berjalan. Pihak Yuni sebenarnya ingin karyanya menyebar dan "invisible" adalah bagian dari salah satu konsepnya...yang mana tidak pernah dikomunikasikan ke saya, dari pihaknya maupun dari pihak kurator terdahulu. Akhirnya Mie, owner dari ViaVia ikut negosiasi, dan semua seniman setuju "ikut aturan main" Via Via. Dari situ aku belajar pentingnya kontrak yang menjelaskan klausul hak dan kewajiban dari seniman dan pihak ViaVia; apa yang diharapkan dan akan didapat kedua pihak. Sehingga setiap masa peralihan pergantian kurator, saya harap, tidak akan terjadi lagi kejadian membingungkan serupa, hehe.

2.
Ada juga cerita tentang pameran yang paling berkesan buat aku selama jadi kurator di ViaVia! Pameran itu adalah pameran temanku dari bandung, sepasang Widyastuti dan Indrawan Prabaharyaka. Judul pamerannya "The Marginalized" dari 27 November - 19 Desember 2010. Buat aku, pameran ini istimewa luar biasa. Selama aku menyelenggarakan pameran di ViaVia, pameran ini adalah pameran yang karyanya paling bisa aku nikmati, hehe. Pameran ini merupakan pameran foto hasil perjalanan berbulan-bulan travelling back packer keliling Asia Tenggara mereka. Selama perjalanan itu mereka tinggal di hostel-hostel murah, bermain dengan anak-anak warga sekitar, blend in dan menghidupi setiap daerah yang mereka kunjungi, dan semua mereka tangkap dengan jeli menggunakan kamera dan gambar tangan mereka. judulnya pun "The Marginalized", karena yang banyak mereka temui dan selami kesehariannya adalah kaum-kaum terpinggirkan, kaum marjinal, mereka yang hidup sebagai penduduk kota, tetapi juga terhimpit oleh pergerakan kota itu sendiri. Karya foto yang banyak ini memenuhi seluruh dinding ruang utama restoran ViaVia. Pengunjung restoran mau tidak mau tersuguhi potret-potret indah dari area kumuh kota-kota di Asia Tenggara. Pameran ini berbeda dari pameran yang lain selama aku di ViaVia, juga karyanya paling bisa menyentuhku dengan cerita dan visualisasinya.

3.
ada lagi pameran dari Octo Cornelius. Pamerannya di ViaVia adalah pameran tunggal perdananya. Melihat pameran itu seperti melihat ia bercerita dengan akrab masa-masa hidupnya sedari ia kecil sampai perjalanannya membawa ia ke Jogjakarta. Masa-masa bertualangnya saat remaja di Rembang dan di Jogja, sampai masa dewasanya yang sudah lebih bijak di Jogja. Ia mengekspresikan pengalaman dan ceritanya, lewat benda-benda yang terbengkalai selama masa hidupnya berjalan lalu ia kombinasikan dengan craftmanship-nya yang terampil mengolah kayu. Senang rasanya melihat Octo pada pembukaan pamerannya, ia membagi secuil kisah hidupnya pada para pengunjung di malam itu; tentang knalpot dari motor custom kebanggaannya dulu yang kini menjadi bangkai kemudian ia oleh menjadi karya, tentang pengalamannya menjadi mahasiswa fotografi di ISI Jogjakarta (dan hantu juga tokek yang menghuni studionya), tentang Rembang kota kelahirannya di pinggir pantai yang jauh dari matanya, tapi selalu dekat di hati dan kulit gelapnya.

Monday, November 28, 2011

tentang pementasan

dan disinilah, teman-teman bisa menyimak perkembangan pementasan teater boneka Papermoon yang berjudul, "Secangkir Kopi dari Playa"


:D

Monday, December 6, 2010

dan cerita pun berlalu

Seperti hal nya:

“sebuah kejahatan terjadi bukan hanya karena adanya niat dari si pelaku, tetapi juga karena adanya kesempatan! Waspadalah! Waspadalah!”

Sebuah pernyataan yang selama ini sangat saya amini.

Ternyata, begitupun sebuah keberhasilan.


Sudah lama saya tidak membagikan cerita-cerita saya pada tulisan, dan cerita pun berlalu.

Pentas Papermoon Puppet Theatre yang membuat saya extend untuk berbulan-bulan lagi setelah masa magang saya di LIP usai, selesai pula.

:]

Senang? Ya, Pastinya. Apalagi kerja keras selama ini membuahkan hasil.


Segala suka, duka, lelah, sedih, tawa, bekas-bekas memar terantuk kayu, kebodohan-kebodohan, debatan-debatan, nada tinggi, dan apapun itu lah, semuanya, terbayar sudah.


Pentas usai.

Tanggal 1, 2, dan 3 desember sudah lewat melerai.

Panggung itu sudah diusung kembali setelah meraja, selama kurang lebih 4 hari.

Para penonton menyuarakan apresiasi,

Para wartawan menuliskan laporan, menuntaskan yang mereka kaji.


Pementasan “Mwathirika” berhasil menyentuh banyak orang.

Alhamdulillah.

Membuat kami merasa apa yang kami kerjakan selama berbulan-bulan dan bukan tanpa pengorbanan ini, tidak sia-sia.


Saya sendiri secara pribadi merasa sangat bersyukur bisa ada di tengah-tengah Mwathirika ini.

Pun merasa sangat berterimakasih, sudah diberi kesempatan yang luar biasa besar ini untuk memainkan karakter Tupu.


Seperti hal nya:

“sebuah kejahatan terjadi bukan hanya karena adanya niat dari si pelaku, tetapi juga karena adanya kesempatan! Waspadalah! Waspadalah!”


Begitupun sebuah keberhasilan.


Terimakasih Papermoon Puppet Theatre,

Terimakasih Mba Ria, Mas Iwan,

Terimakasih teman-teman sesama pemain dan hampir pemain: Umi Wa, Mas Grewo, Beni, Mas Okto, Elga

Terimakasih Tim Produksi: Frau Aniek, Dek Yoyok

Terimakasih pembuat kreasi kostum: Teh Gea

Terimakasih stage manager: Mas Vindra

Terimakasih penata musik: Mas Yennu

Terimakasih penata video dan animasi: Mas Mamad

Terimakasih penata lampu: Mas Banjar, Mas Sugeng

Terimakasih fotografer handal: sejoli Teh Hera dan Mas Indra

Terimakasih adik-adik temannya Dek Yoyok: Wulang Sunu dan temannya


Terimakasih teman-teman yang sudah hadir, menonton dengan ikhlas,

Terimakasih energi yang sudah kalian berikan untuk pementasan ini dan percaya pada kami.


Terimakasih Seterhen Akbar yang menyalakan semangat saya :}


Terimakasih Tupu yang sudah “berbagi” dengan saya selama pementasan ini.


Terimakasih Ibu dan Bapak yang karena doa kalian saya punya kesempatan bertemu pengalaman hebat ini dalam persimpangan jalan hidup saya.


Semoga ke depan, saya akan berkesempatan bertemu pengalaman-pengalaman yang tidak kalah serunya :D tomato yeah!


*Lebih lengkap mengenai Mwathirika

Lebih lengkap tentang Papermoon Puppet Theatre

Lebih lengkap tentang Mba Ria

Saturday, August 7, 2010

untuk teman-temanku sayang, 3 bulan lewat sudah

dan dengan terasa, 3 bulan lewat sudah :P
khehehehe,
selesai sudah masa magang saya selama 3 bulan di Lembaga Indonesia Prancis/CCF Yogyakarta,
alhamdulillah bisa melewatinya dengan predikat terhitung mulus, semulus tahu cina.

awal awal nya agak berasa..tapi satu bulan terakhir terasa cepat sekali,
apalagi dengan beban laporan dari kelola yang blum juga selesai dan beberapa PR pekerjaan yang blum tuntas :P
*lagu "A Certain Shade of Green" dari Incubus kembali melantun di kepala saya tak mau berhenti*

dan satu hari sebelum hari terakhir saya, seperti biasa, hari itu rabu, dan rabu adalah jadwal rapat mingguan di LIP.
secara resmi, Ms. Marie, direktris LIP mengumumkan berakhirnya masa tugas saya di sana, lalu dia memberikan kenang-kenangan.
:]
senang, terharu sedikit, sedih juga sedikit, semua nya campur jadi satu, jadi cuma bisa senyum senyum salah tingkah sambil goyang goyang hasilnya..
ada satu kaos hitam dari CCF Korea, postcard yang gambarnya macam macam keju di Prancis (kalo makan beneran di prancis, sesuai unggah ungguh sana, ada satu sesi yang cuma gado-in keju gitu, aneh ya..), laluuu...yang paling bikin saya senang..ada buku catatan dari COCO BEFORE CHANNEL dengan gambar audrey tautou nya..huhuhuhuhuhuhuuu senaaaaang, soalnya suka banget sama itu :D

dan yang bikin lebih salah tingkah lagi, abis itu kita, semua staff LIP, makan siang bersama di cafe LIP, huhuhuhuhuuu..terharuuuuu..
euh, ya, well,
sebenernya bukan gara gara saya aja si, diselenggarakan makan-makan bareng ini..menyambut sebentar lagi bulan puasa juga, tapi saya Ge-eR ajaaa :P biarin, biar bahagia! *menyenangkan diri sendiri*

sebelum makan dimulai saya disuruh speech dulu, KHAHA.
m a t i g a y a !
ga bisa berbicara sesuatu yang cerdas dan bermutu, cuma mengulang ngulang kata sambil ga bisa berenti goyang goyang :))
"ga mutu banget ini mba-nya, kok bisa si magang di LIP!?", batin orang-orang disana.. :P

dan menunya ENAK BANGET sodara-sodaraa!
sayur lodeh a la cafe LIP *itu enak bangeeeet, beneran deh, mba Susi yang bikin namanya..cari dia kalo kalian berkesempatan mampir LIP di Jogja*
lodeh lengkap dengan TEMPE GORENG dan IKAN dan SAMBEL ULEK :9
subhannallah!
he he he he he.
ada menu lain juga, tentunya, biar bervariasi :]


baiklah, dengen selesainya makan siang saya hari itu,
resmi juga saya kembali harus melamun dan banyak berdiskusi untuk menentukan langkah selanjutnya, MAU APA SAYA?
atau mengutip lagi dari sebuah lagu yang terkenal sekali saat ini,
MAU DIBAWA KEMANA, HUBUNGAN KITA? *sementara ini hubungan saya dengan Barbara dalam mengarungi petualangan selanjutnya, tentu saja :}

more offerings to come and to be chosen, of course..

sementara ini, saya akan menyelesaikan studi bahasa prancis dasar saya dulu disini, tinggal seminggu lagi, sayang kalo ditinggal,
lalu kembali ke Bandung Jakarta untuk beberapa saat, bertemu rumah-rumah yang lain :]

sampai jumpa di persimpangan-persimpangan jalan, teman teman..
am going home sooooooooonnnn :D
dengan oleh oleh cerita yang banyak, dan minta bantuan merenung dan berdialog,
supaya saya tetap "sehat"
pour être en "forme"
:D

Thursday, July 29, 2010

my very first work on a REAL wall :D

krrrriiiiiiiiing!
"halo?"
"amanda, u want to paint some wall?"
"yeah, sure!"

Sebastien, my friend called and invite me to paint the wall.
so, i tried to paint in a real wall, for the first time ever, in my 24 years of having fun, ha ha!

we started from around 12.30 am
and finished around 05.55 am
ha ha!
we draw on a previous drawings and create something from it when is it possible.

during working on these drawings, there was a man coming and been around us to show his interest, around 2 am till 4.30 am. in fact, he leaves for a moment and come back bring us some hot coffee and bread. so sweet of him! he can't speak english well, but he's around and keep asking Sebastien so many questions. ha ha. he's originally from papua whom study in one of the universities in Jogja.

around 3 am till 5 two of sebastien's friend come and stay to chat and see how it goes.
they are Ade from Jogja, and Carol from Canada.

and now, i still feel so happy to see the pictures, ha ha. :D even maybe no one would notice this wall drawings :P

i feel like i want to jump around all the time.
"boing! boing! boing! boing!"

it's a small part compare to Sebastien's work actually,
but as a rookie, i feel it's enough :]

next time, i hope i'll do it better! ha ha!

matur nuwun mon ami, mas Sebastien! :D


we finished at the very early morning

the so-called collaboration


mine on the left side, sebastien's the other side


mine :D




so, the window creature miss something's important. but it doesn't know where is it, this important thingy. asking it's friends which don't know either.






the lamp creature whom confuse also.

Thursday, June 10, 2010

transe by WANTED POSSE

minggu selanjutnya setelah pementasan IMAGO,
papermoon membagikan oleh-oleh untuk teman-teman jogja di auditorium LIP,
dengan presentasi dan sharing pengalaman selama mereka residensi di Ney York.
dikemas manis.
dibuka dengan mini performance oleh Mba Ria,
ditutup dengan diskusi, dan tanya jawab dengan suasana yang akrab.

selepas malam itu, hari-hari kami kemudian disibukkan oleh persiapan pertunjukan tari Hip Hop dari Prancis oleh kelompok WANTED POSSE.
persiapan seksi repot lebih ke urusan teknis panggung dan lampu oleh Mas Johan Didik dan Mas Sugeng.
ms. Marie ikut repot dengan urusan kantor imigrasi.
saya? kembali jadi tim happy happy joy joy yang berlari-lari :P
melengkapi persiapan detil. semacam keperluan cemilan, makanan kecil untuk penari-penari, LO stand by, koordinasi penempatan penonton, dan hal-hal kecil lainnya yang membutuhkan stamina untuk lari-lari *teteup :P

sampai tibalah,
Minggu, 5 Juni 2010
saya, Ms. Marie, dan Mba Eno, menggunakan bus *yeap, a buss* ke stasiun kereta Tugu, menjemput mereka yang malam minggu nya manggung di Bandung.
kereta datang tepat waktu, dan kami bertiga berpencar mencari gerbong mana yang memuat mereka, kalau-kalau mereka tidak sadar sudah sampai jogja.
eh, bener aja, kereta sudah berhenti, orang-orang hiruk pikuk saling sikut keluar pintu kereta yang sempit, dan mereka masih duduk anteng di dalam gerbong ajhaa.
Mba Eno yang menemukan mereka menyuruh mereka untuk keluar. untung mereka bisa dengan mudah dikenali.
mereka tinggi, hitam, dan kekar.
hampir semua beitu.
tapi 2 berbeda.
yang satu kaukasia,
satu berwajah lebih menyerupai melanesia.

dan ternyata tidak semua dari mereka bisa berbahasa Inggris.
sebagian hanya bisa mengerti orang berbicara,
sebagian sama sekali tidak bisa,
beberapa mengerti, berbicara sedikit, tapi tetap berusaha berkomunikasi dengan saya *baiknya kaliaaaann..*
satu yang cukup fasih dan bisa berkomunikasi lumayan lancar dengan saya, Kim.
alhasil, setiap makan atau berkumpul, setidaknya ada 3 orang yang sedikit repot ria men-translate topik pembicaraan ke saya. khaha.
ada Ms. Marie, Kim, dan Njagui.

Njagui ini lucu, sikapnya manis sekali seperti seorang kakak. senyum nya mengingatkan saya pada Mas Anom, sepupu saya.
pada waktu makan malam usai pentas, saya duduk diantara Kim dan Njagui.
saat semua orang tertawa-tawa mengobrol dengan bahasa Prancis, selain Kim yang meng-update topik pembicaraan, Njagui, yang tidak fasih berbahasa Inggris pun berusaha memberikan translasi.
"my english is very bad, but i try to explain..you know.." dan komunikasi pun berlanjut campuran bahasa Prancis, bahasa Inggris, dan bahasa isyarat, khaha! kalau sudah menyerah, Kim akan turun tangan membantu menjelaskan. Ms. Marie pun tidak luput memberikan perhatian dengan translasi-translasi.
malam itu Njagui mencoba makan manggis.
Kim mencoba salak.
buah-buah an khas Indonesia yang dibawa Maefa, seorang guru native speaker di LIP yang bahasa Indonesia nya bagus sekali.

tapi saya pun sebisa mungkin mengerti dan membalas dengan bahasa Prancis. seperti sapaan-sapaan lazim, dan ungkapan-ungkapan yang sering dipelajari orang banyak.
dan menurut mereka saya akan bisa dengan mudah menerima dan mempelajari bahasa Prancis. hihuyy!
"tapi cara kamu ngomong bahasa Prancis udah bagus! tinggal belajar aja struktur bahasa nya.." kata Maefa. khehe, terimakasih untuk Pimsleur.

di lain sisi, Patrick, penata lampu dan teknis mereka, selalu saya ajak bicara dengan bahasa Inggris, walaupun dari awal dia sudah bilang,"i can't speak english" tapi toh pada akhirnya kami berkomunikasi. khaha, ia pun berusaha sedikit-sedikit menggunakan bahasa Inggris.

lucu,
karena pada akhirnya, di hari selasa saat saya mengantar mereka ke Bandara, Patrick bilang,
"ahh, so my english is improve and so ur france, ha? Nicee!" sambil tersenyum mengangguk-angguk. khahaha.

sambil mengantri untuk check in di bandara pun Njagui tidak lupa berkata, "Next time we meet, u speak french, ok?"

dan Kim juga berkata, "keep contact, i can help u be a tutor"



above: Hagbé Njagui, Njoya Ibrahim, Ma'sellu Kim, Sy Ousmane, Abdouramane Diarra, Patrick Clitus,Lumengo Hugues, Arthur Grandjean
below: me, ms.Marie, Guy Weladji, Junior Bosila.

sejoli berkarya

tanggal 26 dan 27 mei, tepat 2 minggu yang lalu, ada pementasan IMAGO.
sebuah pementasan boneka kontemporer oleh grup Désacordé dari prancis.
Désacordé kali itu berkolaborasi dengan seniman boneka aseli Yogyakarta yang baru pulang residensi dari New York, Papermoon.

IMAGO bercerita tentang "memaknai" hidup melalui sebuah proses. atau setidaknya, itu yang saya tangkap.

selain menggunakan boneka dan aktor, IMAGO dimainkan dengan cantik, menggunakan perpaduan bayangan, permainan lampu, gambar, dan musik.

dua hari pementasan resmi, dengan cerita yang sama.
yang pertama, penonton sebagian besar orang dewasa, dan hari kedua dikuasai anak-anak! yeah, anak-anak, hoho, seru deh! mereka ekpresif dan reaksi nya lucu, polos.

Désacordé terdiri dari 2 orang, sepasang. Remi dan Sandrine.
begitupun dengan Papermoon, sepasang. Mba Ria dan Mas Iwan.

seiring dengan intensitas bertemu semasa latihan-latihan, gladi resik, dan pementasan, saya semakin tertarik dengan para sejoli berkarya ini.

sejoli berkarya, sinergis.
saling melengkapi,
saling mendukung,
saling mengisi,
dan berjalan beriringan,
tanpa membelenggu yang satunya.

dan di satu malam pulang naik sepeda sendirian, usai mereka Gladi Resik,
saya berkesempatan menyampaikan rasa kagum saya pada sejoli berkarya ini:
malam itu untuk pertama kalinya saya pulang malam dan naik sepeda, biasanya kalo pulang malam saya naik motor. di tengah jalan penuh waspada saya, tiba-tiba,
"Amanda! kamu bawa sepedha dari bandung tho?"
lho lho lho lho, ternyata Mas Iwan! ternyata doi juga bersepeda boo! senang rasanya hati ini karena berkesempatan ditemani dan bisa sekaligus menyampaikan kagum saya yang masih tertahan.

di tengah celotehan kagum saya, dia hanya tertawa-tawa,
"ya, memang asik," dia bilang, "tapi ya harus diperjuangkan!" lalu ia tertawa lepas.
"iya ya? whuaaaaa..aku mauuu, suatu saat bisa punya partner seperti itu, sejoli berkarya!", saya tidak bisa lagi menahan binar ketertarikan saya.
"Hahahahahaha! ndaaa, nda..nanti selesai magang, kalo kamu presentasi ke kelola, ditanya, 'Dapet apa kamu selama magang?' jawabnya apa, pengen punya partner sejoli berkarya?"
"iyaaaaaaaa!"
kami pun tertawa lepas, di tengah jalan, untuk kemudian berpisah di simpang jalan, menuju rumah masing-masing, dengan suasana hati masing-masing, bonus senyum terkulum buat saya.

Totto-chan: Sebuah Ulasan

Segera setelah adegan terakhir Totto-chan membuka pintu kereta yang masih berjalan sambil menggendong adik perempuannya yang masih bayi, lal...