"Terus..jagoannya mati ga?"
Pagi ini saya dan Saska berkereta menuju Yogyakarta. Kereta berangkat jam 7 pagi, kami sampai stasiun jam enam lewat 35 menit. Langsung grasak grusuk setengah berlari geret koper menyeberang stasiun, mengurus izin bagasi karena Saska bawa sepeda lipat.
Iya, Saska bawa sepeda untuk komuting selama di Jogja.
Begitu masuk gerbong, Saska keluar beli makan. Saya selalu takut ketinggalan kereta kalau sudah naik tapi turun lagi, padahal masih ada 10 menit. Saska belum kembali, penumpang lain datang meng-claim tempat duduk kami. Ternyata kami yang salah gerbong -_____-
Long story short, sambil tergopoh-gopoh menggeret dan menggotong bagasi, kami maju 1 gerbong lagi.
Kereta api sekarang bagus sekali deh. Bersih dan tertib. Semua petugas jasa pengangkut barangnya pun berseragam rapih dan bersih. Semua izin jelas bagian kepengurusannya. Kereta api terlihat begitu reliable. Petugas-petugasnya pun tampak ramah melayani.
Begitu duduk tenang, petugas kereta api datang bergerombol. Lima orang berjalan beriringan ke belakang, ada yg membawa bolpen merah, lembaran kertas, alat penghitung penumpang, dan sepanjang memeriksa tiket mereka berdiskusi sendiri. Ada satu orang lagi mengenakan seragam petugas keamanan, dan ia membawa senjata api yang ukurannya besar. Ini petugas keamanan kedua yang saya lihat membawa senjata api.
"Itu serem amat Ka, bawa senjata!"
"iya. Soalnya kereta begini, kalo dibajak serem."
"emang kereta api bisa dibajak?"
"bisa lah. Kaya cerita itu lo tau ga? Eh tapi itu bukan di bajak sih, kalo itu kereta api otomatis rusak alat pengendalinya. Tau ga? Yang main Danzel Washington."
"engga. Pelham 123."
"ha?"
"iya judul film nya Pelham 123? Danzel Washington?
"bukan."
"gatau, gimana tu ceritanya?"
"iya jadinya ada kereta otomatis gitu, terus alat kontrol nya rusak, jadi ga bisa dikendaliin. Kecepatannya jadi serem gitu. Dan kalo dibiarin itu terancam nabrak pabrik kimia, yang efeknya bisa se-kota-eun. Serem deh."
"terus? Akhirnya gmana? Selamet ga?"
"iya terus si Danzel Washington nya nyusul gitu, naik mobil, naik helikopter, naik ke atas keretanya, masuk, terus lari ke depan gitu, ngendaliin kereta nya dari dalem.."
"ooo..itu teh ga ada masinisnya? Kereta api nya otomatis?"
"iyaa.."
"ooo..terus..gmana ahirnya? Bisa selamet?"
"iya akhirnya bisa berenti, itu based on true story lho"
"waaaw..terus..jagoannya mati ga?"
"mati."
"dibunuh sama musuhnya?"
"engga. Matinya karena mati tua"
"..."
"lama film nya..dua setengah bulan gitu."
Lalu kami berdua tertawa-tawa sendiri terhibur oleh imajinasi proyeksi film versi masing-masing yang sudah terdistorsi, berputar dalam pikiran kami sendiri-sendiri.
Pagi ini kami menuju Jogja.
:D
Matahari Jogja we're comiiiiiing!
No comments:
Post a Comment