Saturday, August 5, 2023

(kem)Bali


25 Februari tahun 2009 adalah tanggal keberangkatan saya ke Bali untuk melakukan penelitian skripsi kala itu. Saat itu saya ga kenal siapa-siapa, belum tau juga mau tinggal di mana. Ga bisa nyetir motor, sementara di Bali ga ada transportasi publik. Modal pertama saya kala itu rekomendasi alamat kos-kosan dekat ISI Denpasar dari Biang Bulan, narasumber pertama penelitian saya, seorang penari yang juga dokter dan kebetulan tinggal juga di Bandung.

Pengalaman keseharian, cerita, dan serba-serbinya saya tulis dengan patuh di blogspot ini. Malahan, pertama kali saya membuat blog ini justru tujuannya adalah untuk mendokumentasikan dan men-jurnal-kan perjalanan penelitian saya ke Bali. Jurnal selama saya di Bali membolang saat itu saya satukan dengan hashtag #JurnalPenelitian Skripsi (iya saya juga gumon sendiri kenapa itu dikasih jeda ya hesteg nya 😅🥲).

Membaca kembali jurnal perjalanan saya kala itu selalu bikin saya senyum-senyum sendiri bahkan beberapa post membawa kembali memori yang bikin saya ketawa-tawa. Untung saya tulis! Karena sebagian besar cerita saya lupa sudah. Dan kalau dibaca-baca lagi, saya pikir waktu itu saya pergi dengan bekal yang minim. Tapi ternyata saya keliru. Karena kalau dipikir-pikir segala kemudahan dan kebetulan yang saya dapatkan juga adalah bekal berharga. Saya pergi dengan doa selamat dan manfaat dari Ibu Bapak saya. Dan karena saya bepergian sendiri, ternyata itupun menarik doa-doa lain dari orang-orang baru yang saya temui. Di hari keberangkatan, di pesawat saya duduk dan ngobrol dengan seorang ibu lain yang juga mendoakan saya setelah kami akan berpisah sesampainya di bandara. Mungkin saya mengingatkannya pada anaknya. Mungkin. Ingatan ini pun baru saya dapatkan kembali saat membaca Jurnal tadi. Di warung makan khas Madiun "Handayani" yang sempat saya datangi untuk makan siang, saya dapat doa dari pemilik warung, namanya Pak Muhartoyo, yang katanya saya mengingatkannya akan cucunya. Di ISI saat saya "mencuri" jaringan wifi-nya saat libur, untuk posting blog, saya bertemu Pak Hendra, seorang dosen dari Bandung. Ada Boit yang lewat Omuu-nya saya bisa membeli Lonely Planet second keluaran tahun 1999 dan lewat celetukan dan sapaannya mengandung peduli dan sayang. Ada Budi Sradha yang bantuin pesen tiket pesawat dan beli online-nya, karena jaman itu proses pembayaran tiket online lumayan jelimet dan saya ga ngerti. Ada Anika Miranti yang tak pernah luput membaca update harian blog saya, selalu komen, dan nanya kalau sudah beberapa hari saya ga posting. Saat itu jaringan internet belum lazim, untuk saya update blog saja harus ke warnet dulu. Kalau mau menyapa orang yang jauh, ya SMS atau telepon 😅. Ada Mba Danti yang menghubungkan saya ke Mas Bondi yang baiiik banget mau minjemin saya sepeda lipetnya, dan di hari-hari terakhir traktir saya makan, tau aja mahasiswa ga punya uang yakan 🥲 mana charger laptop sempet rusak dan terpaksa beli baru 😭. Ada teman-teman baru di kosan yang baik banget tiap libur bawa saya ke kampung halaman mereka, kasih saya akses gratis ke pertunjukkan-pertunjukkan tari yang bisa saya rekam untuk kepentingan penelitian. Ada Winda dan Ratih yang pinjemin saya kamera video recorder. Ada Oggy juga yang sepulang saya penelitian, bantuin mindahin Mini DV artefak rekaman penelitian saya ke CD. Semoga kalian semua sehat ya, lancar rejeki dan usaha kalian, terlebih, semoga dimudahkan selalu untuk merasa cukup dan bahagia. Aamiin.

Saat itu saya ke Bali dengan excitement menjelajah dunia baru, unknown possibility yang kemudian mempertemukan saya dengan segudang pengalaman bermanfaat, pupuk-pupuk yang menumbuhkan saya menjadi saya yang sekarang. Bahkan inspirasi nama Laut saya dapat karena perjalanan skripsi ini (walau saat itu boro-boro mikir nama anak, pacar aja gada *ehem). Saat ini kebetulan saya ke Bali lagi untuk waktu yang cukup lama, kurang lebih 15 hari untuk urusan pekerjaan. Dan kebetulan, daerah tempat saya beraktivitas tidak terlalu jauh dari ISI Denpasar, tempat saya mengambil data saat itu. Pertama sampai sebetulnya agak hilang orientasi, saya bahkan lupa alamat tempat kos saya tahun itu. Tapi sempat tanya-tanya peserta yang memang orang Bali, Mba Lisa namanya, penari juga :) Dari Mba Lisa saya dapat nomor telepon dan alamat Bu Arini, narasumber utama penelitian saya. Membaca kembali jurnal perjalanan saat itu juga membantu pelan-pelan ingatan demi ingatan kembali. Rasanya lucu. Ada perasaan excited, ada perasaan nostalgic, yang jelas saya punya banyak pertanyaan, 

"Apa kabar kawan-kawan dulu ya?" 

"Dimana ya mereka sekarang?" 

"Mungkin ga ya untuk ketemu lagi sekarang?" 

Saya benar-benar berharap mereka semua sehat dan hidup serba berkecukupan..

No comments:

Post a Comment

Totto-chan: Sebuah Ulasan

Segera setelah adegan terakhir Totto-chan membuka pintu kereta yang masih berjalan sambil menggendong adik perempuannya yang masih bayi, lal...