DAN setelah perjalanan kami mendistribusikan bantuan ke dua daerah (salam, Muntilan dan Maguwoharjo), saya jadi membatin perihal "sistem tanggap bencana" yang harus dibuat jika ada musibah melanda Indonesia.
kenapa?
karena..saat kami di Salam, bantuan makanan disana sudah cukup, yang lebih mereka butuhkan adalah kebutuhan perempuan seperti pembalut, BH, dan celana dalam. lalu kebutuhan MCK seperti sabun, odol, tali jemuran, dan ember cuci. dan kebutuhan anak-anak dan balita seperti diapers, susu, makanan bayi, dan baju bayi.
tapi bantuan makanan masih saja datang.
sedangkan mereka sudah mendirikan dapur-dapur umum.
jadi mungkin bahan baku makanan lah yang lebih bermanfaat.
nah,
saat kami di daerah Maguwoharjo (yang dipantengin TV one dan Metro TV serta media televisi lainnya), kami mendatangi Rumah Susun kampus Sanata Dharma yang dijadikan kamp pengungsi juga, bukan ke stadion Maguwoharjo nya.
sama seperti diatas, yang mereka butuhkan lebih ke kebutuhan perempuan, MCK, dan bayi, juga kebutuhan manula, karena para manula ditampungnya di Rumah Susun tersebut.
mereka masih membutuhkan satu kursi roda.
lalu kami berbincang dengan salah satu relawan di Rumah Susun itu yang adalah mahasiswa Sanata Dharma.
"Mba, tadi pagi makanan berlimpah di Stadion Maguwoharjo. enam ribu nasi bungkus terpaksa dibuang karena basi, menganggur, overload.."
oalaah..dengernya hatiku "mak closss", kalo pake logat jawa.
"kok bisa??" tanyaku prihatin dan sedikit sebel dengernya.
"ya gmana mba, kita kan juga ga bisa nolak bantuan, tho?"
nah nah nah,
ini nih..ini..
dan ini juga sekaligus pelajaran berharga untuk saya..
"kita harus berani berkata TIDAK"
ya memang rasanya tidak sopan menolak bantuan, lha wong bantuan, je!
tapi kalo ya sudah cukup, kan lebih baik bilang tidak sama si pemberi bantuan..bukan maksudnya tidak tau berterimakasih, tapi kan mereka yang memberikan bantuan (yang notabene pasti mereka mengantarkan dengan kendaraan dan waktu yang available) lebih punya waktu dan akses untuk mengantarkan bantuan itu ke tempat lain daripada bantuan itu ditampung dengan anggapan "ah nanti kalau berlebih kita kirim beberapa relawan untuk mendistribusikan kelebihan ini". Karena pada praktek nya semua pasti akan sibuk dan akhirnya terabaikan si bantuan berlebih ini..kan jadinya sayang..
ya ampun..dengernya sedih banget..
itu makanan semua lho..
apalagi, diketahui kemudian, di Klaten kekurangan nasi bungkus kira-kira enam ribu buah.
ugh..
harusnya kejadian ini bisa buat pembelajaran.
kalau memang sudah tidak butuh, harus bilang TIDAK. harus tega dan tegas. ya memang terlihat bagai antagonis.
tapi antagonis itu ternyata diperlukan.
kalau tidak begitu tidak akan ada protagonis nantinya.
dalam hal ini "protagonis" nya adalah para pemberi bantuan yang nantinya akan memberikan bantuan tepat sasaran pada orang-orang yang lebih membutuhkan.
kembali pada prinsip yang sangat sering saya bahas.
selalu ada dua sisi.
Rwa Bhinewdha, kata bahasa Bali.
betapa ya, kearifan lokal memang terbukti lebih "bunyi" daripada paham apapun yang bisa diaplikasikan pada bangsa dan negeri ini.
karena bangsa ini bangsa unik.
negara kepulauan terbesar di dunia.
bukan sistem adaptasi negara luar yang kita butuhkan.
bukan hukum keagamaan tertentu yang diaplikasikan negara lain juga yang kita butuhkan.
bukan BELAJAR ETIKA KE YUNANI yang kita butuhkan, hei kalian, wahai DEWAN PERWAKILAN RAKYAT! DEMI TUHAN!
*maaf saya selalu emosi kalau bahas ini..
yak, kembali ngomongin soal bantuan dan pendistribusian nya:
satu hal lagi yang tadi saya dan kawan kawan ViaVia diskusikan (ada Mba Siska, Mba Uji, dan Dita)
para pengungsi ini memang wajib kita tolong, tapi jangan sampai dimanjakan.
para relawan harus dibekali dengan kesadaran ini.
karena, hanya dengan cara ini, kita bisa tetap berdiri netral dan sebisa mungkin menjadi adil.
ini juga terkait pada pendidikan mental.
dibantu harus, dimanjakan jangan.
jika memang memberikan bantuan, biarkan mereka ikut merasakan prosesnya,
sebagai contoh:
+membantu mendirikan dapur umum dan mensuplai bahan mentah serta mengajak dan mengoordinasi para pengungsi untuk ikut memasak dan mendistribusikannya kepada sesama pengungsi di kamp tersebut.
+memberikan bahan mentah dan mengajak mereka ikut menciptakan sistem pendistribusian.
we're not superhero after all, that's why we're social creature. so, act like one we should. that way, we can keep the balancing.
we could be superhuman, with realizing that we have limits and we're not superhero.
there is a big difference between superhero and superhuman.
superhuman came with certain wiseness, creating balancing: the weak will learn to be strong.
superhero came with super power along with super ego which creating laziness in other side: the weak will be dependent and still weak.
Saturday, November 6, 2010
perempuangimbal coklat melaporkan
siang ini saya dan beberapa kolega ViaVia berangkat menyalurkan bantuan untuk pengungsi merapi.
Tujuan kami adalah Salam (muntilan) dan maguwoharjo.
Sebelum kami berangkat ke camp pengungsi, saya dan Dita kebagian tugas belanja ke pasar "bawa-harjo" beringharjo. Kami membeli pakaian dalam, diapers, dan pembalut.
Di pasar itu ternyata ramai sekali orang-orang yang juga berbelanja barang bantuan.
Langsung berputar film di kepala saya, suasana sibuk belakang layar kelompok-kelompok relawan yg mau menyalurkan bantuan,
"daerah A butuh ini, kirim bantuan ini ke daerah A", teriak ketua koordinator sebuah kelompok relawan.
"Kirim bantuaaaaaannn..", sambung kepala tim relawan
terus sambung menyambung sehingga barang-barang "ini" terdistribusi ke daerah A.
NAH,
sore ini sepanjang jalan kami mendistribusikan bantuan,
hujan mengguyur daerah-daerah abu-abu yang kami lewati.
sehingga seolah "membersihkan" daun-daun, dan mobil-mobil yang coklat keabuan.
tampaklah sedikit hijau yang meringankan hati yang meringis.
saya jadi berpikir, dan berputar film di kepala saya,
suasana sibuk belakang layar kelompok-kelompok awan yang mau menyalurkan bantuan,
"daerah A butuh air hujaaaaann, kirim hujan ke daerah A", teriak ketua koordinator sebuah kelompok relawan awan.
"kirim awan penyedot uap air ke kota Jogja, serap air, dan kirim huja ke daerah A!" sambung awan kepala tim relawan.
terus sambung menyambung sehingga hujan terkirim ke daerah A, membersihkan abu yang menyesakan itu.
"Oooh, gara-gara ini toh, Jogja kalau siang hari akhir-akhir ini panas sekali.." batin saya.
Tujuan kami adalah Salam (muntilan) dan maguwoharjo.
Sebelum kami berangkat ke camp pengungsi, saya dan Dita kebagian tugas belanja ke pasar "bawa-harjo" beringharjo. Kami membeli pakaian dalam, diapers, dan pembalut.
Di pasar itu ternyata ramai sekali orang-orang yang juga berbelanja barang bantuan.
Langsung berputar film di kepala saya, suasana sibuk belakang layar kelompok-kelompok relawan yg mau menyalurkan bantuan,
"daerah A butuh ini, kirim bantuan ini ke daerah A", teriak ketua koordinator sebuah kelompok relawan.
"Kirim bantuaaaaaannn..", sambung kepala tim relawan
terus sambung menyambung sehingga barang-barang "ini" terdistribusi ke daerah A.
NAH,
sore ini sepanjang jalan kami mendistribusikan bantuan,
hujan mengguyur daerah-daerah abu-abu yang kami lewati.
sehingga seolah "membersihkan" daun-daun, dan mobil-mobil yang coklat keabuan.
tampaklah sedikit hijau yang meringankan hati yang meringis.
saya jadi berpikir, dan berputar film di kepala saya,
suasana sibuk belakang layar kelompok-kelompok awan yang mau menyalurkan bantuan,
"daerah A butuh air hujaaaaann, kirim hujan ke daerah A", teriak ketua koordinator sebuah kelompok relawan awan.
"kirim awan penyedot uap air ke kota Jogja, serap air, dan kirim huja ke daerah A!" sambung awan kepala tim relawan.
terus sambung menyambung sehingga hujan terkirim ke daerah A, membersihkan abu yang menyesakan itu.
"Oooh, gara-gara ini toh, Jogja kalau siang hari akhir-akhir ini panas sekali.." batin saya.
Friday, November 5, 2010
perempuan coklat yang mengabu
so, this was the second time i saw the dusty rain from the Merapi volcano eruption in Jogja. but this time went a little bit crazy since the first time.
so, about 2 a.m my friend phoned me and ask me to pack my things. he will picked me up and let us stay over the night at Papermoon, joined with other friends. half sleeping i asked my friend to leave me and letting me have my sleep alone in my rented room. but he persisted to picked me up. half awake i ask him,
"what time is this?"
"two a.m..look, it's dust rain outside, and Ria ask us to stay with them, so..in case there's something happen at least we all got each other.."
"is it that bad?"
"yes. pack ur things and let me know whenever u're ready, i'll pick u up."
so i ended up hung up the phone and packed. as i have done packing, i sit and wait my friend to pick me up..in silent..and then i started to notice the sound of heavy dusty rain outside. i heard dusts riding winds hitting my window. and that's the time i begun to feel a bit scared.
long story short, we arrived at papermoon, and already, my friend whose driving the motorbike got his jeans doted by dusty rain, even though it's only 3 minutes riding on motorbike.
it's quite creepy.
so what had happened is, at about 12.30 a.m in the morning the merapi, again, erupted. and it's quite a big one compare to the last time it's erupted. all the people whom live near the Merapi racing to the south, evacuating. the news on television's quite crazy though.
approaching 3 a.m i fell asleep, meanwhile the tense news running on television.
and so, all the ground is covering with damp dust.
feels like a compact powder.
the sun's come up, but it's light dimmed and so weak..
the dust-stencil street below my feet
the view from the front of papermoon.
hope everything's gonna be ok.
Subscribe to:
Posts (Atom)
Totto-chan: Sebuah Ulasan
Segera setelah adegan terakhir Totto-chan membuka pintu kereta yang masih berjalan sambil menggendong adik perempuannya yang masih bayi, lal...
-
Cicing = anjing kasar (khahahahaha di bandung kan artinya diem, saya jadi kebayang, “Cicing siah!” berarti bisa berarti “Diem kamu!” atau “a...
-
too much to say leave a silence. what will tomorrow fells like without u, i wonder,, what will a small tiny caterpillar feels without it...