Monday, July 11, 2022

4/28 Delft City Centrum

Setelah kemarin seharian jalan kaki jauh-jauh, cari-cari pinjeman sepeda, dan pulang dengan keadaan yang capek banget, hari ini saya bangun agak siang. Pagi bangun sih jam 7 karena di telpon Pangpong nanya waktu itu beli eskopisusu merk apa pas kita lagi staycation sepupus di Bandung, hahahaha. 

“Denyah (adik) kamu kok masih tidur, ga lebaranan?”
“Aku ga di Bandung, aku di Belanda..”
“Hah? Benerran? Ooo panteeess..ini masih pagi banget ya di sana?”

Terus jadi lanjut ngobrol sebentar, abis itu saya tidur lagi haha. Capek banget badan rasanya.

Jam 09:15 saya kebangun lagi, agak buru-buru, haha. 

“Mita mana?”
“Itu..Mita yang suka buru-buru..”

Kenapa cik..soalnya hari ini janji mau jalan-jalan explore city centrum sama Lifam jam 10:30 😀
Semalam waktu di grup whatsapp peserta summer school ada yang ngajakin nonton pertunjukkan musik malam saya sama Lifam skip, dan kami sudah janjian pagi ini mau ke city centrum. Lifam juga cerita dia perlu beli phone stand, karena susah buka google maps sambil sepedaan. Saya setuju sih.

“Do you have one?” Tanyanya via whatsapp
“No, haha, was thinking the same but thought that maybe i could hack something 😝 we’ll see tomorrow” Jawab saya.

Pukul 10:30 teng saya sudah siap depan rumah dengan sepeda, nunggu Lifam lewat. Berasa balik ke SD gini euy. Dulu jaman SD saya suka janjian ke sekolah naik sepeda sama temen saya, Maria namanya. Apa kabar ya Maria? Jadi inget, kita ikut ekskul basket juga dulu.

OKE, Lifam sudah lewat. Lalu sebelum kami jalan, saya menambatkan handphone saya ke sepeda dengan karet gelang. Karet gelang di rumah saya banyak banget, jadi saya suka bawa di tas. Waktu Lifam lihat hack ini dia terkesan banget, hahaha, akhirnya dia ikutan juga, ga jadi beli phone stand. Dia nanya, “Brilian banget, kamu dapet ide dari mana?” Saya jawab, “Orang-orang Indonesia pada umumnya memang punya standar daya kretifitas yang tinggi.” 😅 

Di summer school Planning and Design for the Just City ini yang akan dibahas nanti salah satunya adalah soal resiliency. Karena topiknya “Just City”, kota yang adil, kota yang “left no one behind”. Saya sejujurnya agak skeptis, karena menurut opini saya, resilinsi sesuatu yang punya nilai positif. Mungkin. Salah satunya adalah daya kreativitas yang tinggi tadi. Karena saya punya pendapat, kreatifitas itu utamanya lahir dari sebuah keterbatasan. Semacam “rebellion against limitation”. Jadi salah satu yang melahirkan kreativitas adalah resiliency. Gatau ya tapi kalo saya mengutarakan pendapat gini nanti di setrap ga ya sama dosennya haha.

 

Kaya gini ini tadi..saya juga bilang saya belajar ini dari ojek-ojek di Indonesia, all the credits goes to them ✨
Kalo yang ini udah pake tali masker bekas, soalnya saya cuma bawa 1 karet gelang, dan Lifam juga mau, daripada beli phone stand 15 euro terus ga dipake lagi kan, eman-eman. Tau gini saya bawa banyak ih dari rumah. Di rumah saya banyak banget ngegantung sampe penuh di gagang pintu.

Akhirnya sampailah kita di City Centrum. Sepeda kita parkir di depan Oude Kerk alias “gereja lama”. Bangunannya bagus dan keliatan tuaaa sekali. Saya agak kesulitan memotret si gereja ini, karena terlihat miring di kamera saya. 

Penampakan gereja dari depan, tempat kami parkir sepeda.

Foto ini dilihat dari dekat, tapi sulit motret sampai bisa kena tower atasnya, karena banyak pohon rindang, jadi kami memutar sambil jalan ke pasar di City Centrum.

Foto Oude Kerk dari samping.

Kelihatan ada yang aneh ga dari foto ini? Saya mengambil foto gereja ini sampai beberapa kali karena di mata saya foto ini tampak “miring”. Sampai akhirnya saya menyerah dan berniat “meluruskan” foto ini dengan fitur rotasi di kamera saya. Anehnya, saat saya coba meluruskan kemiringan tower gereja ini, patung batu yang ada di depan malah jadi miring. “Kok aneh sih?” Batin saya. Ternyata, terjawab setelah saya membaca deskripsi di peta city centrum yang saya ambil di Museum Prinsenhof Delft. 

“This church with its striking leaning tower is the oldest in Delft. In the church with the beautiful stained glass windows you will find the graves of Dutch celebrities such as painter Johannes Vermeer and scientist Anton van Leeuwenhoek.”

Gitu pemirsa, ternyata doi emang miring. Kapal oleng kapten! Menarik ya!

Ini jalan masuk ke Museum Prinsenhof Delft. Museum ini dulunya adalah tempat tinggal, tempat bekerja, dan tempat William of Orange wafat di abad 16. Bekas peluru yang menewaskan William of Orange bahkan masih ada lubang bekasnya di salah satu tembok di dalam. Ngeray.
 



Di depan Museum Prinsenhof Delft ada tiang yang “dibalut” dengan keramik yang memang jadi cirikhas-nya Delft dan Belanda, Royal Delft Ware, keramik putih yang digambar dengan cat biru. Cantik banget sih. Yang bikin saya heran, itu keramiknya bisa melengkung gitu gimana ya, sampai bisa “membalut” tiang gitu. Tiang yang saya foto ini ada pecahnya keramiknya. Lalu di bawahnya, salah satu batu jalannya juga ada “sekotak keramik”.

Royal Delft Ware, yang ada di kawasan city centrum. Tapi sepertinya ini bukan workshop mereka, ga mungkin sekecil ini, soalnya produksinya seperti yang masif. Hampir di seluruh Belanda pasti ada oleh-oleh porselin dengan cat bitu ini soalnya. Dan kami ga bisa masuk juga karena tutup. Rata-rata semua tutup kecuali museum.




Di dalam kawasan inti city centrum, dua gedung ini berhadap-hadapan kaya lagi mau adu pantun. Yang satu Nieuwe Kerk alias gereja baru, satunya lagi Stadhuis alias town hall. Sayang pagi ini berawan, jadi warnanya ga bisa keluar. Kedua foto ini diambil pukul 12:09 mataharinya belum muncul ke atas. Selain hari minggu, Nieuwe Kerk bisa dikunjungi, bahkan katanya kita bisa naik ke towernya untuk melihat lansekap Delft dari atas. Kalau sempat saya ingin kesini lagi selain minggu :) 

Sementara, Town Hall ini baru dibangun dengan gaya renaissance di tahun 1618-1620, di sekitar menara ‘Het Steen’ yang sudah ada sejak abad 13. Nah menara ini dulunya difungsikan sebagai penjara. Narapidana yang paling terkenal yang ada di penjara ini adalah Balthasar Gerards, yang membunuh Wilian of Orange. Agak spooky gimana gitu ya saya kalo deket-deket penjara jaman dulu 😅


Di antara Town Hall dan Gereja Baru yang berhadapan, kaya lagi mau adu suit ini, ada pasar. Menarik-menarik banget tenan-tenannya. Saya ketemu sama oma-oma yang jualan kain ikat, kain batik, dan baju-baju bali. Oma ini juga bisa bahasa Indonesia :) Lalu ada yang jual juice dari India, banyak yang jual perhiasan lucu-lucu, ada yang jual home-made scented candle juga. Yang paling berkesan buat saya adalah duo Japaneese yang berjualan makanan Jepang ini. Salah satu teman kami, Adriana, attendee summer school juga yang baru datang dari Milan memesan makanan di sini. Sambil mereka menyiapkan makanan Adriana saya ajak ngobrol Mba sama Mas nya. Dari mulai ngobrolin Taiyaki, Sushi Tei, komik One Piece, sampe ark-nya Franky di komik One Piece. Hahahahaha. Saya senang bukan main, kaya ketemu temen lama!

Tidak lama setelah ini, kami meutuskan untuk pulang. Karena besok sudah senin…dan saya belum bikin assignment pertama 😅

Untuk mengakhiri postingan saya hari ini, berikut lapaoran pandangan mata hal-hal random yang membuat saya terheran-heran hari ini 😀

Besok sekolah sudah dimulai, bismillah semoga lancar! Mudah-mudahan juga bisa menjadi jalan pembuka yang memudahkan saya apply S2 tahun depan, aamiin. Sampai besok!



Ini tong sampahnya bagus, haha.

“Adu Bau-bau an”
 

Tempat Roti Isi Sepeda.
 
 
Ini asli aneh banget 😂 motor roda 3, modelnya sangar banget kaya motor batman. Tapi sebenernya kalo dilihat dari struktur rodanya, dia kaya Bajaj kebalik ga sih?

Menu makan malam. Standar kesehatan mulai menurun.

Kincir angin terakhir dan satu-satunya yang masih ada di Delft. Di abad 16 dipindahin kincirnya dari bagian selatan kota ke lokasi ini. Selama berabad-abad kicir ini berganti kepimilikan privat, sampai akhirnya di 1926 jadi dimiliki asosiasi The Dutch Mill. Di tahun 1929 sempat miring dan hampir roboh, ditopang sementara dengan kayu-kayu, sampai akhirnya di tahun 1990 direstorasi. Ditahun 2012 kicir ini “diangkat” sedikit supaya bisa ada terowongan kereta di bawahnya. Sejak 2013 Kicir ini bisa dikunjungi lagi, dan keberjalannya mostly mengandalkan volunteers :)

Foto kicir ini untuk Angkuy yang kemarin request foto kincir 😀



No comments:

Post a Comment

mati, hilang, dan kehilangan

Hari ini salah satu kawan saya berpulang, setelah sekian bulan, tidak hanya ia tapi juga istri dan anak satu-satunya berjuang melawan sakitn...