Wednesday, May 26, 2010

Henri Cartier-Bresson: Indonésie, 1949

dalam rangka mempersiapkan 35 tahun LIP Yogyakarta,
saya menyortir acara-acara paling menarik yang melibatkan LIP,
selama era Jean Pascal Elbaz, direktur LIP terdahulu.

selama membuka-buka filing folder berisikan dokumentasi era 98-2002,
saya menemukan dokumentasi acara ini:

bulan foto:
Henri Cartier-Bresson: Indonésie, 1949
11 Juni - 2 Juli 2002
museum Sonobudoyo, Yogyakarta

dan foto yang dipamerkan kali itu adalah foto-foto Henri Cartier-Bresson
beliau adalah fotografer berdarah Perancis yang sering disebut-sebut sebagai bapak jurnalisme foto modern.
di pameran ini, karya-karyanya yang dipamerkan adalah karya fotografi kilasan perjalanan sejarah Indonesia tahun 1949 dan 1950 yang jarang ditemui.
seperti saya kutip dari Harian Kompas 13 Juni 2002,
"seorang fotografer selain harus membekali dengan keterampilan teknis dan keberanian di lapanganm juga harus berharap mendapat keberuntungan sejarah. Henri merupakan salah seorang fotografer langka yang mendapatkan semua itu.
"Dengan bekal semangat petualangan luar biasa, Henri selama tiga tahun meliputi Asia.
"Di Indonesia, tahun 1949 - 1950, ia memotret periode peralihan kemerdekaan Indonesia dengan ketajaman dan ketepatan pandangan seorang fotografer. Di dampingi Retna Mohini, istrinya yang berkebangsaan Indonesia, fotografer l'instant decisif (momentum yang tepat), sebutan yang ia sandang, menjelajahi negeri dari berbagai aspek historis, politik, artistik serta budaya Indoensia."

*intermezo*
"dibalik kehebatan seorang pria, selalu ada perempuan-perempuan hebat"
hoho, entah kenapa kutipan itu teringat lagi.
jadi ingat sedikit tentang kisah cinta mantan presiden kita, B.J. Habibie,
yang semanis gula jawa :]
*intermezo, selesai!*

menggoda sungguh menggoda.
am gonna need my pintukemanasaja.

ada satu foto yang menggugah sungguh,
tentu dengan keterangan foto yang secara instan menarik akal pikiran saya:


satu kompi gerilyawan PNI (Partai Nasional Indonesia) baru saja turun dari gunung untuk tinggal satu hari di kota. beberapa di antara mereka tidak bersepatu tapi bersenjata, yang lain bersepatu tapi tidak bersenjata. ketika saya berbicara dengan pemimpinnya, dia mengatakan bahwa dia siap melaksanakan apapun perintah atasannya. dia mengetahui perundingan yang sedang berlangsung di Den Haag dan dia ulangi lagi bahwa apapun keputusan dari atasannya akan dia turuti. dia katakan bahwa rakyat mendukung pergerakan mereka dan semua pergerakan kemerdekaan yang lain.
"kami adalah ikan", katanya, "dan rakyat adalah laut tempat kami bergerak".

5 comments:

  1. hei.. buka deh foto2 dia di website magnum foto.. he's my favorite too :)

    ReplyDelete
  2. kami adalah ikan....ikan asin? heheheh kok aku jadi inget postingan ikan asinmu ya? btw, baru tau istrinya henri itu orang indonesia..sungguh beruntung henri itu..hahaha :p

    ReplyDelete
  3. khahahahahaha setuju mba! beruntung sekali si Henri itu dapet istri orang indonesia :D khihihihihihihi

    ReplyDelete
  4. aku suka posting ini..dan lebih suka lagi kalo semua koleksi fotonya dipampang dimari, supaya diriku bisa menikmati hasil karyanya. hehehe

    Keep posting the good thing!

    ReplyDelete
  5. argh!! akhirnya ku dapat lagi foto ini! dulu punya posternya (dapet di pameran karya pak bresson di jogja) tapi hilang entah di mana.
    tul, sependapat dengan amanda mita bahwa apa yang ada di balik foto ini sangat mengharukan.
    sayang, mungkin karena proses scanning ada detil halus yang hilang. di poster pun memang hanya tampak samar, dua buah gunung yang bersebelahan merapi-merbabu. dan menilik 2 gunung itu, inilah pemandangan jl. kaliurang jogja '49!!

    ReplyDelete

mati, hilang, dan kehilangan

Hari ini salah satu kawan saya berpulang, setelah sekian bulan, tidak hanya ia tapi juga istri dan anak satu-satunya berjuang melawan sakitn...